Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Menakar Inflasi Indonesia dan Menanti Sabda The Fed

Kompas.com - 31/01/2024, 12:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MENJELANG memasuki hari besar nasional yaitu, Ramadhan dan Idul Fitri, Pemerintah dan Bank Indonesia menyepakati untuk terus memperkuat sinergi kebijakan dalam menjaga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) agar tetap dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2024.

Kita tahu bahwa setiap ada momen hari besar nasional terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran setiap rumah tangga menigkatkan konsumsinya untuk menyambut kedatangan bulan yang penuh berkah ini.

Fakta mengenai menurunnya konsumsi masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri sejalan dengan data inflasi yang dirilis BPS akhir bulan ini.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Statistik Harga BPS, yaitu Dr. Whindiarso Putranto dalam rapat koordinasi dengan stake holder terkait dengan pengendalian inflasi daerah.

Berdasarkan historis perkembangan inflasi, selalu terjadi fenomena menarik pada Januari. Tingkat inflasi Januari relatif lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya (Desember 2023).

Disebutkan, inflasi Januari selalu dominan karena disebabkan inflasi komponen harga yang bergejolak, kecuali pada 2022 komponen inti tersebut menjadi dominan.

Secara nasional, jumlah kabupaten/kota yang mengalami Indeks Perkembangan Harga (IPH) turun sebesar 9 persen poin. Wilayah dengan persentase penurunan tersebar secara berturut-turut adalah Pulau Jawa, Pulau Sumatera, di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Terkait komoditas penyumbang utama IPH menurut wilayah, dari 15,38 persen kabupaten/kota di Sumatera yang mengalami kenaikan IPH, kenaikan tertinggi terjadi di Pulau Nias Utara dengan nilai IPH 4,29 persen.

Di Pulau Jawa, dari 13,48 persen kabupaten/kota di Pulau Jawa yang mengalami kenaikan IPH, kenaikan harga tertinggi terjadi di Sleman, Yogjakarta, dengan nilai IPH 2,81 persen.

Sementara di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, dari 37,18 persen kabupaten/kota yang mengalami kenaikan IPH, kenaikan tertinggi terjadi di Muna Barat, Sulawesi Tenggara, dengan nilai IPH 6,90 persen.

Penyumbang utama IPH tersebut adalah komoditi bawang merah, bawang putih, ayam ras. Perkembangan harga bawang merah nasional sampai minggu ke dua Januari 2024 naik 16.04 persen dan bawang putih naik 4.86 persen.

Menanti sabda The Fed

Saat ini inflasi Amerika Serikat sedang menuju ke target The Fed sebesar 2 persen, karena harga komoditas mulai menurun dan ketegangan geopolitik tidak meningkat.

Bahaya kebijakan suku bunga The Fed telah berakhir. The Fed tidak lagi punya ruang untuk menaikkan suku bunganya, ini sungguh mengkhawatirkan.

Perlu disebutkan untuk memberi gambaran kepada masyarakat betapa berisikonya hal ini. The Fed juga telah memberi sinyal pemangkasan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebanyak 3 kali pada 2024.

Ketika tekanan inflasi mulai meningkat pada 2022, Bank Sentral utama dunia menghadapi dilema. Mereka dapat dengan cepat memperketat kebijakan moneter dengan risiko memicu kesulitan keuangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com