Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Menakar Inflasi Indonesia dan Menanti Sabda The Fed

Kompas.com - 31/01/2024, 12:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah bertahun-tahun menerapkan suku bunga yang sangat rendah dan terjadinya ekspansi neraca, yang berpotensi memperkuat dampak yang diharapkan dari langkah kebijakan tersebut terhadap perekonomian riil dan inflasi.

Mereka dapat mengambil pendekatan yang lebih bertahap untuk memerangi inflasi yang akan melindungi sistem keuangan, namun sangat berisiko menyebabkan inflasi yang tinggi semakin mengakar.

Meskipun ketidakstabilan keuangan yang parah mungkin merupakan kejadian yang tidak mungkin terjadi (atau merupakan risiko yang tidak terduga), hal ini dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi makro yang sangat buruk.

Oleh karena itu, untuk mengukur trade-off stabilitas keuangan memerlukan cara untuk mengukur interaksi tiga arah antara kebijakan moneter, kondisi stabilitas keuangan, dan risiko-risiko tambahan terhadap perekonomian.

Prospek jangka panjang telah diperhitungkan karena perekonomian Amerika Serikat sedang mengalami stagnasi sekuler, walaupun secara perlahan sudah mulai ada tanda-tanda pertumbuhan, tapi masih sangat dipengaruhi perkembangan geopolitik yang ada.

Langkah pengendalian inflasi

Pemerintah dan Bank Indonesia akan menempuh tujuh langkah strategis pengendalian inflasi 2024, yakni pertama, melaksanakan kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dengan upaya mendukung pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kedua, mengendalikan inflasi kelompok Volatile Food agar dapat terkendali di bawah 5 persen, dengan fokus pada komoditas beras, aneka cabai, dan aneka bawang.

Hal ini perlu dilakukan seiring dengan musim penghujan yang sedikit ekstrem tentu akan mengganggu stabilitas harga komoditas tersebut.

Ketiga, menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan untuk memitigasi risiko jangka pendek, termasuk mengantisipasi pergeseran musim panen dan peningkatan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Keempat, memperkuat ketahanan pangan melalui upaya peningkatan produktivitas dan hilirisasi pangan.

Kelima, memperkuat ketersediaan data pasokan pangan untuk mendukung perumusan kebijakan pengendalian inflasi.

Keenam, tentu dalam penyelesaian stabilitas inflasi ini sangat memerlukan dukungan Pemerintah Daerah. Maka perlu memperkuat sinergi Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) antara lain melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP); dan ketujuh memperkuat komunikasi untuk menjaga ekspektasi inflasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com