Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan Potensi Gas di RI Butuh Keberpihakan Pemerintah

Kompas.com - 02/02/2024, 05:30 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gas bumi dinilai menjadi jawaban atas kebutuhan energi di tengah masifnya dorongan global untuk menurunkan emisi karbon. Namun, butuh keberpihakan pemerintah untuk pengembangkan potensi gas bumi tersebut agar segera dapat dimonetisasi.

Hal ini jadi bahasan dalam sesi diskusi berjudul "Menanti Arah Pemimpin Baru di Sektor Migas" yang diselenggarakan oleh Indonesia Petroleum Association (IPA), di Jakarta, Kamis (1/2/2024).

"Pertanyaannya, bagaimana supaya Indonesia dapat jadi tempat nyaman seperti kemudahan berusaha? Hal itu menjadi sangat penting," ujar Widhyawan Prawiraatmadja, praktisi migas dan pengajar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam acara tersebut, melalui rilis pers, Kamis (1/2/2024)

Ia melanjutkan, penemuan sumber daya gas bumi yang ada harus menjadi momentum bagi pemerintah. Menurut Widhyawan, tak bisa dipungkiri jika gas bumi akan mendominasi temuan migas di Indonesia saat ini dan ke depannya.

"Jadi gas itu isunya adalah monetisasi. Akan sangat berbeda keekonomiannya jika sebuah lapangan baru dapat dimonetisasi selama 10 tahun atau enam tahun," lanjutnya.

Baca juga: Cadangan Gas RI Terbesar se-Asia Tenggara, tapi Tantangannya Monetisasinya Juga Banyak

Menjaga iklim investasi

Senada, akademisi ekonomi energi Universitas Pertamina, A Rinto Pudyantoro menambahkan bahwa pemerintah ke depan wajib menjaga kondisi yang kondusif dan mengurangi polemik di sektor energi demi memastikan terjaganya iklim investasi yang baik di Indonesia.

"Sektor migas itu kalau enggak ribut atau tenang-tenang saja selama lima tahun ke depan diyakini akan berkembang. Justru yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada periode tersebut adalah sejumlah pembenahan atau perbaikan pada beberapa persoalan yang dianggap menganggu operasional, seperti perijinan dan tax treaty," jelas Rinto.

Ia mengungkapkan, iklim investasi sektor hulu migas Indonesia memang mulai menunjukkan pergerakan yang positif.

Menurut data SKK Migas, realisasi investasi hulu migas pada 2023 mencapai 13,7 miliar dollar AS, naik dari dari tahun sebelumnya sebesar 12,1 miliar dollar AS. Tahun ini, SKK Migas menargetkan nilai investasi hulu migas akan meningkat mencapai 17,7 miliar dollar AS.

Sementara itu, Direktur Eksekutif IPA, Marjolijn Wajong mengungkapkan bahwa temuan beberapa sumber daya gas bumi dalam jumlah besar belakangan ini seharusnya bisa menimbulkan kepercayaan diri bagi para pelaku usaha di tengah kondisi banyaknya lapangan tua dan target produksi migas yang terus menurun.

"Saya kok sekarang melihat sektor hulu migas Indonesia seperti sedang take off. Untuk itu, momen yang ada saat ini sangat penting dijaga dan didukung oleh berbagai kebijakan yang tepat dari pemerintah," katanya.

"Harus diakui bahwa ada banyak hal yang berubah dalam tata cara pengelolaan di sektor hulu migas saat ini dimana kita sedang menuju ke arah yang benar. Kita harus terus mendorongnya," pungkasnya.

Baca juga: Anggaran Subsidi Energi Meningkat, Pemerintah Didorong Evaluasi Gas Murah Industri

Temuan dua cadangan gas jumbo

Sebagai informasi, berdasarkan data Rystad Energy, diperkirakan Indonesia memiliki sumber daya gas lebih dari 100 trillion cubic feet (TCF). Volume ini mewakili hampir separuh dari total sumber daya gas di Asia Tenggara.

Kemudian, pada akhir 2023 lalu ada penemuan sumber daya gas bumi "jumbo" di Wilayah Kerja South Andaman serta Geng North. Kedua temuan ini diharapkan mampu berperan menjadi penyedia energi di dunia serta menarik investasi ke Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Whats New
Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Smartpreneur
Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Whats New
Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Whats New
Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com