Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Mimpi Dedolarisasi terhadap Hegemoni Dollar AS

Kompas.com - 05/02/2024, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MASIH ingatkah kira-kira beberapa bulan lalu, begitu antusiasnya beberapa negara di dunia tergabung dalam aliansi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan?

Mereka sangat menggebu berupaya penggantian dollar AS yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral. Tujuannya untuk melepaskan ketergantungan pada mata uang dollar AS.

Mata uang dollar AS masih menjadi mata uang dominan untuk digunakan sebagai perdagangan internasional.

Fenomena dedolarisasi terjadi karena tingginya inflasi serta ketidakpastian global. Salah satunya karena dalam beberapa tahun terakhir, Amerika mengalami defisit neraca pembayaran sehingga mengakibatkan mata uang dollar AS sangat fluktuatif dan sensitif terhadap isu global.

Dedolarisasi hanya mimpi

Dedolarisasi hanyalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Mengapa demikian?

Pertanyaannya, jika bukan dollar AS, lalu apa? Gagasan dollar AS kini ditakdirkan kehilangan status mata uang internasionalnya sangatlah tidak benar. Jika dollar AS mempunyai masalah, begitu pula para pesaingnya.

Euro adalah mata uang tanpa stempel negara. Ketika kawasan euro mengalami masalah ekonomi dan keuangan seperti yang terjadi pada 2010, tidak ada lembaga eksekutif yang memiliki kewenangan untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang ada hanyalah kumpulan pemerintah nasional yang lebih cenderung menjadi calo bagi konstituen dalam negerinya.

Satu-satunya lembaga kawasan euro yang mampu mengambil tindakan cepat adalah ECB. Artinya jika mengambil tindakan cepat, yaitu tindakan mencetak uang untuk memonetisasi utang pemerintah, maka hal ini justru bukan sesuatu yang akan menginspirasi kepercayaan dan penggunaan euro secara internasional.

“The renminbi, for its part, is a currency with too much state”. Akses ke pasar keuangan Tiongkok dan penggunaan mata uang internasional dibatasi oleh kontrol yang ketat dari pemerintah.

Sedangkan Special Drawing Rights adalah uang yang tidak ditetapkan sebagai mata uang. Mengapa demikian? Faktanya, SDR bukan mata uang. SDR tidak digunakan untuk menagih dan menyelesaikan perdagangan atau transaksi keuangan pribadi.

Akibatnya, hal ini tidak terlalu menarik untuk digunakan oleh pemerintah sebagai transaksi.

Apapun kegagalan Amerika, masih tetap merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Ia memiliki pasar keuangan terbesar di antara negara mana pun. Demografinya menunjukkan prospek pertumbuhan yang relatif baik.

Alasan Amerika tampil begitu istimewa dalam keuangan global bukan hanya karena ukuran ekonominya yang besar.

Faktanya hal ini telah memupuk serangkaian institusi: pemerintahan demokratis yang terbuka dan transparan telah menciptakan rasa percaya diri terhadap institusi publik, memiliki pasar keuangan terbesar di antara negara mana pun, kerangka supremasi hukumnya tegas dan jelas, lembaga eksekutif pun tunduk pada ketentuan hukum.

Meskipun AS memiliki segala kekurangan, namun masih tetap menjadi standar bagi dunia. Kalangan investor asing semakin yakin bahwa mereka akan diperlakukan secara adil jika mereka berinvestasi di AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com