Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres Berpotensi 1 Putaran, Konsumsi Masyarakat Belum Langsung "Ngegas"

Kompas.com - 16/02/2024, 19:00 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelaran pemilihan umum (pemilu) presiden 2024 menunjukkan tanda-tanda hanya akan berlangsung satu putaran. Pasalnya, hasil hitung cepat atau quick count berbagai lembaga menunjukkan pasangan calon presiden nomor urut 2 Prabowo-Gibran sementara unggul, dengan perolehan suara lebih dari 50 persen.

Meskipun demikian, konsumsi masyarakat dinilai tidak akan serta merta langsung melesat. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet.

Yusuf mengakui, sikap wait and see akan mulai mereda bagi sebagian masyarakat yang mempercayai hasil quick count. Akan tetapi, terdapat juga masyarakat yang menunggu hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga masih menahan konsumsinya.

Baca juga: Sentimen Pemilu Masih Bayangi Pergerakan IHSG Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

"Saya kira mereka akan lebih pasti dalam melakukan aktivitas ketika KPU sudah mulai menghubungkan hasil resmi dari perhitungan pemilihan umum presiden kemarin," kata dia, kepada Kompas.com, Jumat (16/2/2024).

Selain itu, Yusuf bilang konsumsi masyarakat khususnya kelas menengah, tidak hanya dipengaruhi faktor pemilu saja. Terdapat faktor utama lain yang dipertimbangkan masyarakat kelas menengah, yakni pergerakan harga komoditas.

"Kemudian juga mereka misalnya dalam melakukan konsumsi melihat momentum apakah ada tren penurunan harga atau mungkin ada trend potongan harga di waktu-waktu tertentu ketika mereka melakukan konsumsi," ujar Yusuf.

Baca juga: Meski Ada Tanda-tanda Pilpres 1 Putaran, Investor Tetap Wait and See, Tunggu Susunan Menteri

"Dan aspek dari pemilu itu sendiri menurut saya relatif kecil dalam melakukan konsumsi tersebut," sambungnya.

Sementara itu bagi masyarakat kelas atas, pemilu tidak berdampak signifikan terhadap pola konsumsi mereka. Sebab, kelas atas memiliki keleluasaan konsumsi yang lebih besar dibanding kelas lain.

"Artinya konsumsi mereka tidak banyak terdampak dari aspek seperti pemilu, inflasi, maupun dinamika harga," katanya.

Bukan hanya konsumsi, pola investasi juga diproyeksi serupa. Yusuf menyebutkan, sebagian investor yang mempercayai hasil hitung cepat berpotensi lebih agresif dalam menempatkan dananya di pasar keuangan nasional.

Baca juga: Pilpres Berpotensi Satu Putaran, Pengusaha Siap Lanjutkan Ekspansi Bisnis

Akan tetapi, sebagian lainnya masih akan mengambil sikap wait and see. Investor kelompok ini tetap menunggu hasil resmi penghitungan dari KPU.

"Saya kira mereka masih akan menahan sampai KPU mengeluarkan hasil pertemuan resmi itu sendiri," ucap Yusuf.

Sebagai informasi, Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu menyampaikan hitung cepat sementara atau quick count berdasarkan data yang masuk 75 persen.

Yohan mengatakan, meski saat ini data yang masuk belum mencapai 100 persen, secara umum Prabowo-Gibran menguasai suara di wilayah Jawa, Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Baca juga: Pengusaha Bicara soal Pilpres Satu atau Dua Putaran, Mana Lebih Baik?

Berdasarkan hal tersebut, kata dia, Litbang Kompas cukup berani menyatakan bahwa Pilpres 2024 berlangsung satu putaran saja.

"Kenapa Litbang Kompas cukup berani (pilpres satu putaran) karena meskipun 75 persen angka ini sudah ajek," ucap dia.

Baca juga: Usai Pemilu, Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com