Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Pangan ITB: Harga Beras Mahal Bukan Hanya karena Krisis Iklim

Kompas.com - 06/03/2024, 17:10 WIB
Krisda Tiofani,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) beralasan bahwa perubahan iklim ekstrem menjadi salah satu penyebab melonjaknya harga beras baru-baru ini.

Perubahan iklim ekstrem yang dimaksud adalah El Nino, menyebabkan dampak signifikan pada sektor pangan.

Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG), El Nino merupakan kondisi suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya.

Akhirnya, curah hujan di Indonesia berkurang akibat pertumbuhan awan bergeser dari Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik bagian tengah.

Dr. Angga Dwiartama, Dosen dan Peneliti Pangan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, perubahan iklim memang berdampak pada produksi pertanian, tetapi bukan menjadi alasan satu-satunya.

"Tidak hanya perubahan iklim yang menurunkan produksi padi kita," kata Angga dalam diskusi daring bertajuk “Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim” pada Selasa (5/3/2024).

Ilustrasi tanaman padi. Dok. freepik.com/Nikita Buida Ilustrasi tanaman padi.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disampaikan oleh Angga, produksi pertanian Indonesia sempat meningkat pada 2016, mencapai puncak produksinya.

Padahal, ada El Nino cukup ekstrem pada 2015. Tepat setahun sebelumnya.

"Masalahnya, pada 2018, produksi pertanian kita turun, jatuh. Dari sekitar 80 juta ton gabah kering giling sampai ke 50 juta ton gabah kering giling," ungkap Angga.

Penurunan angka gabah kering giling terus terjadi selama bertahun-tahun hingga 2023 lalu.

Bahkan, Angga menyebut, 2023 dianggap sebagai titik terendah dalam 12 tahun belakang dalam produksi gabah kering giling.

"Artinya betul, perubahan iklim berpengaruh terhadap penurunan produktivitas, tetapi produksi overall kita juga terjadi karena faktor-faktor lain," ungkap Angga.

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com