Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Koreksi Harga Emas di Tengah Tren Kenaikan Harga

Kompas.com - 09/04/2024, 16:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga emas telah melonjak dan memecahkan beberapa rekor tahun ini. Sebagian peningkatan tertinggi terjadi selama dua bulan terakhir.

Analis Daily FX Diego Colman mengatakan, kenaikan harga emas yang terus melambung menandakan pasar lebih didorong oleh momentum dibandingkan fundamental.

Semangat spekulatif akan meningkatkan harga, sehingga menciptakan gelembung. Ketika hal tersebut terjadi, penurunan harga yang tajam dan masuk level rata-rata historisnya bisa segera terjadi.

"Karena investor mengukur kembali nilai logam mulia dalam jangka panjang," kata dia dikutip dari Daily FX, Selasa (9/4/2024).

Baca juga: Dorong Investasi Emas, BSI Tawarkan Gold Ownership Program

Ia menambahkan, sejarah membuktikan banyak kelas aset populer yang kerap menjadi mangsa dari selera spekulatif. Hal itu mendorong harga ke tingkat yang tinggi, tetapi tidak berkelanjutan dan tidak terikat fundamental ekonom yang mendasarinya.

Kondisi ketika penilaian tidak lagi berkaitan dengan nilai intrinsik menciptakan pasar yang terdistorsi.

Pada akhirnya, sentimen bergeser dan terjadi koreksi tajam untuk memulihkan keseimbangan pasar yang lebih realistis

"Saya pikir hal ini bisa terjadi pada emas dalam jangka menengah," ujar dia.

Baca juga: Cara Jual Beli Investasi Emas di Aplikasi BRImo

Di sisi lain reli kenaikan harga emas batangan yang kuat bisa jadi mencerminkan meningkatnya ketakutan pelaku pasar akan skenario "hard landing" di akhir tahun.

"Ketika siklus pengetatan agresif pada 2023-2023 memicu resesi dan gejolak pasar yang lebih luas," imbuh dia.

Ia menambahkan, emas merupakan aset safe haven tradisional yang menawarkan perlindungan dalam menghadapi potensi ketidakstabilan. Emas merupakan cara untuk melindungi kekayaan apabila terjadi krisis.

Baca juga: Cara Investasi Emas bagi Pemula agar Untung

 


Di sisi lain, Diego menyampaikan, harga emas mungkin akan memainkan peran jangka panjang. Terutama dengan spekulasi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menurunkan suku bunga apapun yang terjadi.

Hal itu jadi semacam kebijakan asuransi bagi perekonomian untuk mencegah hal buruh terjadi di tahun pemilu.

Pasalnya, melonggarkan kebijakan moneter di tengah inflasi yang ada di atas target berisiko memicu gelombang inflasi baru yang pada akhirnya kana semakin menguntungkan komoditas emas.

Sebagai catatan, harga emas batangan ini naik di tengah imbal hasil riil dari obligasi juga terus melambung. Kondisi seperti ini dapat disebut bertentangan dengan norma karena biaya imbal hasil obligasi yang lebih tinggi semestinya mengurangi daya tarik aset yang tak memiliki bunga (yeild) seperti emas.

Pada umumnya, dalam kondisi seperti itu, investor akan lebih mencari imbal hasil tinggi, misalnya di sektor pendapatan tetap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Gapki Tagih Janji Prabowo Bentuk Badan Sawit

Whats New
Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Pameran Franchise dan Lisensi Bakal Digelar di Jakarta, Cek Tanggalnya

Smartpreneur
Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Whats New
Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com