JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) merespons ihwal tutupnya pabrik sepatu PT Sepatu Bata Tbk.
Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie menilai, tutupnya pabrik sepatu Bata adalah karena kerugian dari penurunan pesanan pada bulan Ramadahan lalu dengan biaya yang tidak seimbang dengan pemasukan perusahaan.
Penurunan pesanan terjadi lantaran naiknya inflasi sehingga banyak kebutuhan pokok masyarakat, seperti pangan, yang naik drastis. Sehingga masyarakat masih lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan pokoknya.
Baca juga: Sepatu Bata, Legenda Anak Sekolahan era 1980-an yang Mulai Redup
“Di tahun 2024 ini juga ramai tantangan, mulai dari inflasi pangan, dan lainnya. Beberapa brand pada Lebaran kemarin untuk segmen menengah dan menengah ke bawah mengalami penurunan dibanding untuk periode yg sama di 2023. Yang pasti, ini juga berpengaruh pada produsen alas kaki,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/5/2024).
Tak hanya sepatu Bata, menurut dia, sejumlah merek sepatu untuk segmen menengah je bawah mengalami penurunan penjualan pada Lebaran 2024 kemarin.
Walau demikian, menurut Firman, bisnis sepatu legendaris itu masih akan terus berjalan khususnya untuk bidang ritel.
“Selain produksi di Purwakarta, Bata juga masih memiliki skema bisnis berupa order maklun (pemesanan sepatu ke pabrik lain) untuk brand mereka,” katanya.
Baca juga: Rugi Terus, Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup
Sebelumnya, produsen sepatu terkemuka, PT Sepatu Bata Tbk (BATA), baru saja mengumumkan penutupan fasilitas produksinya di Purwakarta, Jawa Barat.
Keputusan pabrik sepatu Bata tutup ini sudah disampaikan manajemen dalam Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).