Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BI Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga, Ini Alasannya

"Surplus perdagangan selama 2 bulan berturut-turut memperkuat keyakinan kami bahwa pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia sedang berlangsung. Surplus perdagangan 196 juta dollar AS membuka jalan bagi penurunan suku bunga BI," kata Putera Satria Sambijantoro dalam laporan mingguannya, Selasa (16/7/2019).

"Kami pikir ada kemungkinan meskipun kecil. Suku bunga BI dapat dipangkas lebih besar dari yang diperkirakan dalam pertemuan 17-18 Juli karena penurunan tajam impor pada 2Q19 juga memicu peringatan tentang perlambatan ekonomi," lanjutnya.

Satria mencatat, surplus perdagangan pada bulan Juni 2019 mencapai 196 juta dollar AS, lebih kecil dari ekspektasi konsensus surplus sebesar 658 juta dollar AS. Hal ini sejalan dengan perkiraannya yang mencapai 142 juta dollar AS.

Sementara bulan lalu, ekspor turun 20,54 persen mtm dan 8,98 persen yoy mencapai 11,78 miliar dollar AS. Impor juga turun 20,70 persen mtm tapi naik 2,80 persen yoy hingga mencapai 11,58 miliar dollar AS.

"Ini sejalan dengan pola historis karena tidak adanya kegiatan manufaktur selama libur panjang Idul Fitri mendorong turunnya ekspor dan impor. Didorong oleh tanda-tanda peningkatan ekspor manufaktur seperti baja, mesin, peralatan listrik, dan komponen kendaraan atau pendukung yang sejauh ini telah mengimbangi lemahnya komoditas ekspor," ujar Satria.

Di sisi impor, Satria mencatat penurunan impor migas telah berkontribusi pada peningkatan neraca perdagangan. Di semester I 2019, impor migas Indonesia mencapai 10,89 miliar dollar AS dengan volume 19,91 juta ton, turun 22,55 persen yoy dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 14,06 miliar dollar AS dengan volume 23,82 juta ton.

"Karenanya, defisit perdagangan migas Indonesia sebesar 4,78 miliar dollar AS pada Januari-Juni 2019 lebih rendah dibandingkan dengan defisit 5,6 miliar dollar AS pada periode yang sama tahun lalu," ungkap dia.

Tapi, penurunan suku bunga ini disinyalir akan diberlakukan secara bertahap untuk menekan kepemilikan asing atas obligasi pemerintah.

Data Kementerian Keuangan terbaru menunjukkan, kepemilikan asing pada obligasi pemerintah Indonesia kini telah melebihi Rp 1.000,4 triliun, naik 11,9 persen dari Rp 893,5 triliun pada awal Januari tahun ini. Peningkatan 11,9 persen pada bulan Juni ini sudah dua kali lipat dari lonjakan yang dicatat Indonesia sepanjang 2018.

"Saat ini, investor asing mengendalikan 39,21 persen dari total obligasi yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Situasi ini menimbulkan kesulitan chicken and egg bagi para pembuat kebijakan. Suku bunga yang sangat tinggi di Indonesia akan terus mendorong kepemilikan asing dan meningkatkan kerentanan eksternal ekonomi dalam jangka panjang," ujarnya.

"Dalam pandangan kami, BI akan memotong suku bunga secara bertahap sejalan dengan pemulihan neraca perdagangan untuk menghindari arus keluar asing yang besar," tambah Satria.

https://money.kompas.com/read/2019/07/16/103900526/bi-diprediksi-bakal-pangkas-suku-bunga-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke