Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perang Dagang Makin Panas, Ekonomi Dunia Berisiko Alami Resesi

NEW YORK, KOMPAS.com - Semakin panasnya perang dagang antara AS dan China menggiring perekonomian dunia kian dekat ke jurang resesi pertama dalam satu dekade terakhir.

Investor pun meminta para politisi dan bank sentral bertindak cepat mencegah resesi terjadi.

"Di AS, risiko resesi jauh lebih besar dibandingkan (risiko) pada dua bulan lalu. Anda kerap kali bermain dengan api dan tidak terjadi apa-apa, tapi jika Anda melakukannya terlalu sering maka Anda bisa terbakar juga," kata Lawrence Summers, mantan menteri keuangan AS seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/8/2019).

Summers yang juga merupakan profesor dari Harvard University masih melihat risiko AS akan masuk ke jurang resesi pada 12 bulan mendatang kurang dari 50 berbanding 50.

Adapun risiko resesi meningkat di mayoritas ekonomi terbesar dunia.

Bursa saham AS rontok di New York, sementara pasar obligasi melesat, serta aset-aset safe haven seperti emas dan nilai tukar mata uang yen Jepang perkasa.

Sejalan dengan kian panasnya perang dagang AS-China, suku bunga acuan di sejumlah negara pun dipangkas. Bank sentral Selandia Baru, India, Thailand, dan Filipina memangkas suku bunga acuan guna memperkuat ekonomi.

Mengetatnya pasar tenaga kerja secara global dan pergeseran kebijakan bank sentral harus memberikan bantalan dari risiko guncangan. Adapun kekhawatiran ekonom terpusat pada efek negatif penerapan tarif oleh Presiden Donald Trump terhadap produk-produk impor dari China.

Dalam satu skenario, Trump akan melanjutkan ancaman penerapan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap produk-produk dari China senilai 300 miliar dollar AS. Presiden China Xi Jinping pun tak tinggal diam dan melempar ancaman balasan.

Kalangan ekonom di Morgan Stanley memprediksi apabila AS menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap seluruh barang impor dari China dalam 4 hingga 6 bulan ke depan dan China membalas, maka kontraksi ekonomi global akan terjadi dalam tiga kuartal berikutnya.

Ketegangan juga dibumbui dengan perang dagang Jepang dan Korea Selatan, serta masa depan hubungan Inggris dan Uni Eropa pasca 'perceraian,' Brexit.

Kekhawatiran yang muncul adalah apabila tidak ada gencatan senjata perang dagang, maka pasar akan terus merosot. Ketidakpastian pun akan menyelimuti korporasi, serta menghambat investasi dan membuat sektor manufaktur hingga jasa terkena imbasnya.

Di sisi lain, pasar tenaga kerja akan semakin tercekik dan konsumen semakin kehilangan optimisme.

"Dengan tidak tampaknya akhir (perang dagang), ada risiko penurunan yang signifikan terhadap proyeksi kami untuk pertumbuhan ekonomi AS dan global. Ketidakpastian akan semakin tinggi dan kondisi pasar keuangan semakin ketat," ungkap para ekonom di Bank of America.

https://money.kompas.com/read/2019/08/08/175037426/perang-dagang-makin-panas-ekonomi-dunia-berisiko-alami-resesi

Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke