Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, proyeksi inflasi tersebut lebih tinggi dibanding proyeksi inflasi sepanjang 2020 yang bisa lebih rendah dari 2 persen, atau di batas bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen.
"Pada 2021, kami proyeksi inflasi tetap rendah, berada dalam kisaran sasaran 3 persen plus minus 1 persen, kata Perry dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2020 secara virtual, Kamis (22/10/2020).
Kendati demikian, proyeksi inflasi yang mulai stabil pada 2021 tersebut masih dilingkupi ketidakpastian. Ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai seiring dengan meningkatnya permintaan domestik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.
Selain itu, risiko bisa terjadi dari kesinambungan pasokan distribusi pangan antar daerah dan antar waktu, maupun pengaruh tertunda dari ekspansi moneter tertunda yang dilakukan pada 2020.
Untuk itu, sinergi yang kuat antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) dengan BI, dan dengan berbagai inovasi program pengendalian inflasi perlu diperkuat.
"Tentu saja untuk memastikan tetap terjaganya inflasi dalam rentang sasaran yang telah kita capai sejak tahun 2015," pungkas Perry.
Sebagai informasi, Indonesia telah mengalami deflasi selama 3 bulan berturut-turut sejak Juli 2020. Tercatat, pada Juli terjadi deflasi sebesar 0,10 persen, pada Agustus sebesar 0,05 persen, dan pada September sebesar 0,05 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Indonesia sudah lama tak mengalami deflasi berturut-turut. Berdasarkan catatannya, Indonesia terakhir kali mengalami deflasi berturut-turut pada tahun 1999.
"Perlu saya infokan deflasi berturut-turut terjadi pada tahun 1999. Waktu itu terjadi deflasi dari bulan Maret (1999) sampai September (1999). Jadi pada tahun 1999, terjadi deflasi berturut-turut selama 7 bulan," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis (1/10/2020).
https://money.kompas.com/read/2020/10/22/170100826/bi-proyeksi-inflasi-2021-bisa-3-persen