ANKARA, KOMPAS.com - Mata uang Turki, lira, terus mengalami pelemahan terhadap dollar AS.
Bahkan, pada perdagangan Selasa (27/10/2020) lalu, lira menyentuh level terendah sepanjang sejarah, yakni 8,2 lira per dollar AS.
Sejak awal tahun, hingga saat ini lira telah mengalami pelemahan lebih dari 20 persen.
Dikutip dari CNBC, Rabu (28/10/2020), pada awal 2018, dollar AS dijual dengan harga 3,77 lira, sekarang analis memprediksi lira dapat menyentuh 8,5 hingga 9 lira per dollar AS.
Ketegangan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dengan Prancis menjadi salah satu sentimen negatif lira terhadap mata uang Negeri Paman Sam.
Sebagaimana diketahui, sejak Senin (26/10/2020) lalu, Erdogan menyerukan gerakan boikot produk Perancis, sebagai bentuk kemarahan terhadap Presiden Emmanuel Macron yang mendukung majalah penerbit karikatur Nabi Muhammad.
Erdogan menilai Macron sebagai seorang "Islamophobia" dan disebut perlu mengecek kembali kesehatannya.
Selain langkah tersebut, kebijakan Bank Sentral Turki yang menolak untuk menaikan suku bunga acuan dinilai sebagai pemicu melemahnya lira.
Para pelaku pasar terkejut dengan langkah bank sentral Turki yang menahan suku bunga acuannya di level 10,25 persen. Padahal, Turki tengah mengalami inflasi tinggi, menyentuh angka dua digit.
"Bank sentral tak mau mengakui, mereka tidak ingin mengmbil langkah-langkah penstabilan inflasi," ujar analis di Commerzbank.
https://money.kompas.com/read/2020/10/28/181000426/mata-uang-lira-turki-anjlok-ke-level-terendah-sepanjang-sejarah