Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: Sanksi Minyak Iran Bebankan Ekonomi Asia

Kompas.com - 24/04/2019, 13:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber CNN

JAKARTA, KOMPAS.com - Sanksi ekspor minyak mentah Iran yang dilayangkan Amerika Serikat berpengaruh terhadap ekonomi Asia yang 35 persen menyumbang permintaan minyak mentah global.

Menurut Nassery dari Facts Global Energy dikutip dari CNN, Rabu (24/4/2019) mengatakan sanksi ini menurunkan pasokan minyak di Asia.

"Masalahnya adalah mereka akan memiliki sedikit pasokan minyak untuk keadaan darurat lainnya atau krisis lain di pasar minyak," kata Nasseri, analis dari Facts Global Energy dikutip dari CNN, Rabu (24/4/2019).

Amerika juga menyebut sanksi akan terus berlanjut sampai Iran mengakhiri pengejaran senjata nuklir. Tindakan keras itu menambah kekhawatiran pasokan yang meningkat di pasar minyak sehingga membebankan ekonomi Asia.

Menurut Nasseri, mengganti minyak mentah Iran akan menyisakan sedikit ruang bagi produsen untuk merespons pasokan minyak di masa depan.

Apalagi, harga minyak AS naik hampir 3 persen menjadi 65,70 Dollar AS per barel, melonjak 54 persen sejak bulan Desember tahun lalu. Minyak mentah Brent juga melonjak hampir 3 persen minggu ini dan menyentuh angka 74 Dollar AS per barel untuk pertama kalinya sejak awal november.

Bahkan harga minyak yang lebih tinggi dapat membebani pertumbuhan ekonomi di Cina dan India.

"Efek domino kemungkinan besar akan menambah kesengsaraan ekonomi negara-negara Asia yang sudah mengalami perlambatan," kata analis Lukman Otunuga dikutip dari CNN, Rabu (24/4/2019).

Tanggapan Negara Asia

Meski pemerintah Amerika Serikat memperingatkan semua negara yang terus mengimpor minyak Iran akan dikenai sanksi, tidak semua bereaksi dengan baik terhadap ancaman itu.

Cina dan Turki mengecam tindakan sanksi tersebut. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan secara tegas menolak sanksi tersebut.

"Turki menolak sanksi sepihak dan pemaksaan tentang cara melakukan hubungan dengan tetangga," ucap Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Sementara, para pejabat Korea selatan mengatakan negaranya telah berjuang untuk mematuhi sanksi AS karena kilang minyak negara itu secara khusus disiapkan untuk memproses minyak mentah dari Iran.

"Sanksi ekonomi dari AS dapat merusak arus perdagangan mereka, kemampuan untuk mengakses pasar keuangan global dan akhirnya mata uang dan ekonomi mereka," kata direktur investasi AJ Bell Russ Mold dilansir dari CNN, Rabu (24/4/2019).

Awal bulan ini saja, Standard Chartered harus membayar denda sebesar 1,1 miliar Dollar AS untuk menyelesaikan tuduhan pelanggaran sanksi terhadap Iran dan negara-negara lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com