Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereguk Manisnya Cuan Ala Radja Cendol...

Kompas.com - 30/04/2019, 17:29 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Saya tidak pernah bermimpi jadi tukang cendol. Tapi dengan jadi tukang cendol, bisa mewujudkan mimpi-mimpi saya," ujar Danu Sofyan (31), pendiri Radja Cendol ketika ditemui di Jakarta, Senin (29/4/2019).

Sebutan "tukang cendol" kini menjadi kebanggaan Danu. Sejak mendirikan Radja Cendol 2013 lalu, kini omzetnya perbulan bisa mencapai miliaran rupiah.

Danu menekankan, tak ada bisnis yang instan. Pebisnis pasti melewati semua tahapan dan menikmati jatuh bangunnya.

Di awal merintis bisnis, kata Danu, jangan dulu mengharapkan untung. Setidaknya ada empat jenjang dalam membangun usaha, yakni starting, profiting, sistemizing, dan multiplying.

Danu mengatakan, banyak pebisnis melakukan kesalahan di tahap awal (starting) dengan mengharapkan langsung dapat cuan.

"Biasanya di starting sudah expect making money. Padahal di awal tidak bisa begitu. Kita bangun bisnis haru dijaga, dirawat, diatur dulu alurnya, supply chain-nya," ungkap Danu.

Baca juga: Cerita Radja Cendol, Jatuh Bangun Membangun Kerajaannya...

Setelah bisnis berjalan, baru bisa menghasilkan profit. Lama atau cepatnya mendapat untung juga tergantung dari bisnis yang dikelola.

Di tahapan ini, pendiri harus berupaya bagaimana agar pembeli datang, bagaimana produk ini menarik perhatian.

Setelah itu, barulah pendiri membangun sistem yang akan dijalankan ke depannya. Danu memilih cara yang unik dalam membangun sistem, yakni dengan membentuk struktur manajemen layaknya kerajaan.

Karena mereknya "Radja Cendol", ia membangun bisnisnya seolah kerajaan sungguhan. Ia menamai mitra sebagai panglima, penjaga kedai sebagai prajurit, dan Danu sendiri dipanggil baginda.

Baca juga: Mau Bisnis Offline dan Online Berkembang Bersamaan? Simak Tips Ini

Setelah membangun sistem, barulah mulai berpikir untuk membuka cabang. Dalam setahun setelah membuka kedai pertama pada 2013, Radja Cendol punya 120 outlet.

Saat ini Radja Cendol sudah berkembang menjadi 800 outlet yang tersebar se-Indonesia, bahkan juga membuka cabang di Hong Kong.

Danu mengatakan, dalam menentukan produk apa yang akan dijual, pastikan produk tersebut bisa berkelanjutan dan diterima masyarakat. Bukan sekadar mengikuti tren saat itu saja. Sebab, produk itu akan ditinggalkan begitu masanya lewat.

Danu Sofwan pendiri gerai minuman waralaba Radja Cendol.Dok. Radja Cendol Danu Sofwan pendiri gerai minuman waralaba Radja Cendol.

Selain itu, inovasi produk harus unik tapi memiliki nilai jual.

"Cendol ini kan produk yang sudah ada, sekarang dikreasikan. Saya modifikasi cendol yang tadinya pakai santan, ini pakai susu. Kita jadikan yang pertama cendol susu," ungkap Danu.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memulai Bisnis

Tak hanya itu, ciri khas Radja Cendol adalah toppingnya yang beragam dengan penamaan unik. Di atas minuman itu ditambahkan beberapa bahan makanan seperti cokelat, biskuit, hingga marshmallow.

"Nama produk kita aneh-aneh gini salah satu strategi kita, bagaimana caranya kita cepat diomongin orang," kata Danu.

Tak hanya menu minuman, Radja Cendol juga mengeluarkan produk roti bakar dengan vla cendol dan juga keripik cendol.

Baca juga: Milenial, Simak Tips Bisnis dari Dua Pengusaha Kreasi Lokal Ini

Danu menekankan pentingnya ilmu dan kemauan untuk terus belajar dan menggali pengetahuan. Hal ini berguna untuk terus menciptakan inovasi baru.

Ia mengatakan, banyak orang berbisnis hanya bermodalkan uang dan semangat menggebu-gebu. Namun, begitu bisnisnya lesu, semangatnya pun juga lesu.

Tapi tidak dengan orang yang terus belajar agar bisnisnya bisa bertahan dan berkembang.

"Pelaku usaha pemula biasanya banyak berharap, akhirnya sia-sia. Ternyata tidak sesuai ekspekstasi, akhirnya melempem," ucap Danu.

Baca juga: Bagaimana Mengetahui Bisnis Anda akan Sukses? Ini Kata Miliarder AS

"Penyakit" yang juga banyak diderita pelaku bisnis pemula yakni kerap menyalahkan banyak hal saat produknya tak laku atau tidak mencapai target. Mereka bisa saja menyalahkan produknya, kompetitornya, atau pasarnya.

Padahal mungkin ada sesuatu yang belum dia tahu menjadi penyebabnya, hanya karena kurang menggali pengetahuan.

"Untuk menjalankan usaha harus berani. Untuk memperbesarnya perlu ilmu, amal, dan terus belajar untuk membuat sesuatu yang kecil jadi besar. Jangan remehkan hal kecil, kayak 'cendol doang, usaha apa sih kecil-kecilan'. Karena sesuatu yang besar berawal dari yang kecil dulu," terang Danu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com