Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Sarankan Laporkan UE soal Sawit ke WTO Pilihan Terakhir

Kompas.com - 21/05/2019, 10:07 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Indef dan Ketua Focus Group Pangan dan Pertanian ISEI Bustanul Arifin mengimbau pelaporan isu soal minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ke Organisasi Dagang Dunia (WTO) sebagai pilihan terakhir.

"Kepada teman-teman negosiator dan diplomat, lapor ke WTO itu betul-betul last resort lah, sebagai alternatif saja karena argumennya juga harus kuat,” kata Bustanul Arifin di Jakarta, Senin (20/5/2019).

Menurut Bustanul, peluang Indonesia untuk menang setelah melapor ke WTO tidak besar. Sebab, Uni Eropa (UE) mengaitkan sentimen negatif dengan masalah dalam negeri Indonesia.

Baca juga: Soal Larangan Sawit ke UE, Kemendag Sebut RI Sudah Banyak Perbaikan

"Saya harus katakan mereka cerdas karena dikembalikan ke persoalan kita di dalam negeri. Sementara kita tahu sendiri persoalan dalam negeri kita bagaimana,” ujar Bustanul.

UE menyebut, ekpor kelapa sawit bisa memicu perubahan iklim karena mengkonversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Untuk menang di WTO, Indonesia memerlukan bukti konkret tidak mengubah iklim.

"Sekarang, mereka (UE) menahan impor dari Indonesia karena disebut high risk, berisiko tinggi dalam penggunaan tata guna lahan tidak langsung," kata Bustanul.

"Kita perlu bukti, dan ini susah dibuktikan karena kita tahu sendiri persoalan ekspor kita. Tata ruang dan tata guna lahan masih belum beres," kata dia.

Daripada melaporkan ke WTO, Bustanul mengatakan lebih baik bernegosiasi bilateral dahulu dengan negara-negara yang selama ini mengimpor biodiesel dari Indonesia.

"Siapa yang impor? Seperti Spanyol, Italia, dan negara Eropa Barat seperti Jerman. Kita harus bangun negosiasi bilateral ini," saran Bustanul.

Baca juga: Minyak Sawit Dikerjai Uni Eropa, RI Ancam Bawa ke WTO

Namun, bila negoisasi tidak berhasil, melaporkan isu ini ke WTO merupakan jalan terakhir yang bisa ditempuh. Mengingat tanggal 22 Mei 2019 bertepatan dengan pengumuman pemilu, Uni Eropa akan melangsungkan sidang dan pengambilan keputusan soal CPO Indonesia.

Bila pengambilan keputusan disetujui, setelah tanggal 22 Mei, perserikatan Uni Eropa tidak boleh lagi mengimpor biofuel dari Indonesia.

"Tapi kalau memang sudah mentok mau tidak mau kita notifikasi ke WTO. Notifikasinya mengatakan bahwa Eropa melakukan diskriminasi lagi terhadap sawit kita," kata Bustanul.

Sebelumnya, Indonesia pernah didiskriminasi dalam konteks subsidi besar anti dumping. Namun, saat dibawa ke WTO, Indonesia memenangkan persidangan sebab kasus perbedaan tarif ditentukan sendiri oleh Uni Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com