Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, 5 Kesalahan Keuangan yang Tak Pernah Dilakukan Orang Kaya

Kompas.com - 12/08/2019, 16:51 WIB
Rina Ayu Larasati,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS.com - Semua orang tentunya sering membuat kesalahan keuangan, termasuk orang kaya. Namun, pernahkah anda berpikir bagaimana orang-orang kaya menjaga kekayaannya?

Ternyata, orang-orang kaya memiliki strategi tertentu untuk menjaga dan merawat kekayaan.

Dikutip dari CNBC, Senin (12/8/2019), berikut lima kesalahan keuangan yang tidak dilakukan orang kaya yang dapat Anda tiru.

1. Mengelola uang sendiri

Ketika harga pasar saham sedang jatuh, Anda harus mengetahui apa yang Anda lakukan atau anda akan merugi. Bila anda tidak memiliki waktu untuk memantau keadaan pasar dalam beberapa jam setiap harinya, memanfaatkan jasa penasihat finansial yang baik adalah sebuah investasi yang sepadan.

Menurut Ivory Johnson, pendiri Delancey Wealth Management di Washington DC, kebanyakan orang kaya tidak menangani keuangan mereka sendiri. Mereka akan menggunakan jasa perencana keuangan, akuntan, dan pengacara untuk melindungi aset-aset mereka dan mengurangi resiko kerugian.

Lalu, kapankah risiko kehilangan paling riskan terjadi? Yaitu ketika pasar mulai mengajak para investor naik roller-coaster.

Baca juga: Riset Buktikan, Millenial Adalah Perencana Keuangan Terbaik

"Ketika investor stres, kemungkinan membuat keputusan buruk meningkat. Para orang kaya memitigasi keadaan stres mereka dengan memiliki penasihat yang baik," katanya.

Sebagian orang mungkin enggan mengeluarkan uang untuk jasa perencana keuangan, tetapi uang yang dikeluarkan untuk membayar jasa tersebut akan kembali dalam jumlah yang berlipat-lipat. Ketika melalui masa-masa sulit, bantuan mereka akan sangat membantu Anda untuk memtitigasi kerugian dan menjaga kekayaan anda untuk jangka panjang.

2. Tidak membagi investasi

Rata-rata investor memiliki saham dan obligasi untuk simpanan mereka atau portofolio investasi. Namun, para orang kaya meletakkan kekayaannya di berbagai tempat.

Selain dari saham dan obligasi, orang-orang super kaya ini juga menginvestasikan dalam bentuk properti, perusahaan rekanan, dan pasar tertutup.

Menurut penulis buku finansial Rich Habits, Tom Corley, bila anda membagi-bagi alias mendiversifikasi investasi ke berbagai sektor, Anda akan memuliki cadangan, contohnya, ketika pasar saham sedang mengalami tahun yang buruk, maka Anda dapat menutupinya dari investasi anda di properti, begitu juga sebaliknya.

Baca juga: Emas Makin Mahal, Simak Instrumen Investasi Lain yang Bisa Anda Lirik

Faktor lain yang menarik investor untuk menaruh uang di sektor properti adalah sektor tersebut memungkinkan untuk memberikan tambahan ekstra. Seperti contohnya bila Anda menyewakan properti tersebut, Anda bisa mendapatkan pendapatan tetap setiap bulannya atau setiap tahunnya.

Sehingga, Anda tidak perlu khawatir tidak ada pemasukan atau kehilangan uang.

3. Ikut tren terbaru

Orang super kaya tidak mengikuti tren investasi terbaru.

Kita bisa mengambil contoh bitcoin atau mata uang kripto (cryptocurrency). Mata uang digital ini banyak dilirik oleh orang-orang pada tahun 2017, menjadikan para investornya seorang jutawan.

Tak sedikit orang-orang yang langsung berinvestasi dan berharap hal yang sama.

Itu akan baik-baik saja bila Anda merupakan seorang profesional yang ingin mencoba-coba. Namun, tren seperti bitcoin adalah bisnis yang riskan, terlihat dari kerugian yang dialami oleh bitcoin selama setahun belakangan.

Baca juga: Warren Buffett: Mata Uang Digital Akan Berakhir Buruk

Investor kawakan Warren Buffet mengatakan, "Dalam hal cryptocurrency, saya yakin kalau hal tersebut akan berakhir dengan buruk."

"Hal terpenting dalam investasi adalah, Anda memiliki filosofi yang Anda pahami kenapa Anda melakukannya dan melakukan hal-hal lain yang anda tidak ketahui cara melakukannya," kata Buffet pada acara pertemuan tahunan, Bekshire Hathaway di tahun 2018.

4. Tidak punya rencana jangka panjang

Investor kaya adalah orang-orang yang sabar dan mereka tidak memikirkan keuntungan jangka pendek.

"Kebanyakan orang tidak merencanakan tentang bagaimana mereka akan menginvestasikan tabungan mereka untuk 20 tahun ke depan, namun orang-orang kaya memikirkannya. Mereka hanya tidak mengumbarnya," jelas Corley.

Itu tidak hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri, namun kekayaan tersebut diciptakan untuk generasi-generasi berikutnya. Sehingga, anak, cucu dan genereasi seterusnya juga dapat menikmatinya.

5. Panik

Dinamika pasar saham terkadang membuat Anda ingin kabur dan bersembunyi. Namun, orang-orang kaya yang sudah terbiasa, mereka tidak panik.

Para orang kaya juga memiliki sumber finansial lainnya yang dapat mereka andalkan.

"Sehingga, ketika pasar saham, pasar properti dan investasi lainnya sedang kacau-balau mereka tetap memiliki pemasukan," kata Corely.

Menurut Johnson, ini juga mengenai tentang apa yang dunia berikan kepada kita dari yang kita berikan.

Baca juga: Rupiah Rentan Terpengaruh Faktor Global, BI Imbau Investor Tak Panik

"Para investor yang cemas akan menerima kecemasan, dan orang-orang yang konfrontatif selalu terlibat dalam beberapa bentuk konflik," katanya.

Sementara itu, orang yang optimis akan mendapatkan hasil yang lebih positif.

"Seumur hidup, ini menjadi kebiasaan dan Anda akan sering menemukan bahwa orang kaya yang bahagia mendapatkan cara itu karena mereka optimis, bukannya menjadi optimis karena mereka menjadi kaya," tutur Johnson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

Whats New
Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Whats New
3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

Whats New
Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Whats New
10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

Spend Smart
Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Cara Transfer Pulsa Telkomsel dan Biayanya

Spend Smart
Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Pertamina Tegaskan Tetap Salurkan Pertalite kepada Masyarakat

Whats New
Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Jumlah Kantor Cabang Bank Menyusut pada Awal 2024

Whats New
Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Viral Video Pejabat Kemenhub Ajak Youtuber Korea ke Hotel, Menhub Minta Kasus Diusut

Whats New
Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Pengertian Ilmu Ekonomi Menurut Para Ahli dan Pembagiannya

Earn Smart
Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Apa yang Dimaksud dengan Persamaan Dasar Akuntansi?

Earn Smart
Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com