Namun, 2,6 miliar dollar AS dari 3,1 miliar dollar AS datang dari bentuk kompensasi berbasis saham dan angkanya menggelembung karena IPO bulan Mei.
Meski demikian, dana sisanya telah Uber investasikan dalam R&D antara Advanced Technologies Group, yang mengembangkan mobil self-driving di Pittsburgh, Toronto, dan San Francisco serta New Mobility, yang meluncurkan sepeda motor dan menambahkan opsi moda lain di aplikasi Uber.
Pengeluaran umum dan administrasi Uber meliputi penyewaaan ruang kantor di seluruh dunia, penasihat hukum, dan sumber daya manusia.
Seperti halnya biaya penelitian dan pengembangan, biaya administrasi juga meningkat berkat efek IPO pada kompensasi berbasis saham.
Baca juga: Tiga Bulan Pertama 2019, Uber Rugi hingga Rp 14 Triliun
Mungkin tidak mengherankan, Uber menghabiskan banyak biaya untuk pemasarannya. Meski menghentikan 400 karyawan dari Departemen Pemasarannya Juli lalu, perusahaan mengatakan jumlah dana tidak akan turun.
Tidak seperti biaya penelitian dan pengembangan maupun administrasi, biaya pemasaran lebih relatif sedikit dibanding biaya penjualan dan pemasaran dalam bentuk kompensasi berbasis saham, sehingga biaya ini tidak terlalu terpengaruh oleh vesting saham terkait IPO.
Adapun pengeluaran penjualan dan pemasaran meliputi biaya kompensasi termasuk kompensasi berbasis saham untuk penjualan dan karyawan pemasaran, biaya iklan, biaya terkait dengan akuisisi dan retensi konsumen, termasuk diskon konsumen, promosi, pengembalian uang, dan kredit, referensi pengemudi, serta biaya operasional yang dialokasikan.
Sektor ini mencakup karyawan-karyawan yang fokus pada pengemudi di pusat dukungan operasi di seluruh dunia, seperti Greenlight Hubs.
"Jumlah pengeluaran di sektor ini, meski kecil, kemungkinan akan terus menurun di kuartal-kuartal berikutnya karena menjadi lebih efisien dalam mendukung pengguna platform kami," ucap dia.
Biaya sektor ini juga menggelembung karena biaya kompensasi berbasis saham terkait IPO.
Baca juga: Melantai di Bursa, Saham Uber Terus Merosot
Seiring berjalannya waktu, aset tertentu (tangible) akan kehilangan nilainya terutama untuk hal-hal fisik, seperti bangunan, kendaraan, atau mesin, pengurangan ini dikenal sebagai penyusutan.
Sementara aset tidak berwujud (intangible) bisa dibilang amortisasi dan lebih konkrit untuk dihitung.
Menurut Investopedia, tidak seperti aset berwujud, aset yang diamortisasi melakukannya berdasarkan garis lurus. Artinya, jumlah yang sama berkurang dari nilai aset setiap periode hingga mencapai nol.
Adapun contoh aset yang mungkin diamortisasi termasuk biaya dari kenaikan modal, paten dan merek dagang, hingga kekayaan intelektual lainnya.
Investor kadang lupa atau justru mengabaikan biaya penyusutan dan amortisasi. Sebab, aset-aset intangible tidak dianggap sebagai bagian inti dari biaya operasi berkelanjutan perusahaan. Pun tidak selalu mewakili pengeluaran tunai saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.