Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dedy Dahlan
Passion Coach

Passion coach yang juga penulis best seller dari buku Broken, Lakukan Dengan Hati, Ini Cara Gue, dan Passion!–Ubah Hobi Jadi Duit. Gaya penulisan dan gaya panggungnya jenaka, nyeleneh, blakblakan, kreatif, dengan materi praktikal. Biasa dipanggil Coach D, ia adalah anggota dan coach tersertifikasi dari ICF (International Coach Federation), yang memusatkan diri pada pengembangan passion dan profesi.
Instagram dan Twitter @dedydahlan
YouTube Dedy Dahlan

Di Era Digital, Apa yang Kau Cari Wahai Konsumen?...

Kompas.com - 18/10/2019, 18:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PIKIRKAN bagaimana kita hidup di era sekarang.

Kita dibangunkan setiap pagi oleh gadget, dan memulai hari dengan gadget di tangan.

“Bangun tidur ku- terus mandi”, sudah enggak laku di era ini. Adanya, “bangun tidur, ku- terus cek email, liat YouTube, lihat Facebook atau nge- like Instagram” tergantung se- ‘gahol’ apa rutinitas Anda.

Dan dalam proses ini, kita terekspos dengan brand, merek, iklan, dan logo perusahaan, sampai hashtag kampanye promosi di segala tempat.

Para agensi digital marketing menyatakan bahwa setiap harinya, kita melihat ribuan merek, dari 4.000 hingga lebih dari 10.000 merek, dari logo di baju kita, sampai iklan di layar laptop.

Dunia sudah oversaturated dengan merek dan iklan, sampai kita semua sudah mengaktifkan ad- blocker otomatis dalam kepala kita.

Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Digital RI Bikin Iri

Ibaratnya seperti mendengar bunyi sayup- sayup motor di jalanan di belakang rumah Anda. Dengar sekali, Anda akan ‘ngeh’. Dua tiga kali, Anda masih ‘ngeh’. Tapi saat suara itu terjadi non stop terus menerus, otak kita mem- filter bunyi itu, mengabaikannya dari perhatian, hingga hanya menjadi background noise.

Gampangnya? Anda enggak lagi peduli.

Inilah yang terjadi pada iklan para brand di era digital sekarang.

Berapa banyakpun iklan yang Anda pasang, dan berapa milyar- pun budget iklan Anda, konsumen atau target market Anda sudah enggak lagi perduli.

Iklan Anda, TIDAK LAGI BISA mengubah habit pelanggan untuk membeli produk Anda!
Inilah tantangan terbesar brand untuk era BROKEN.

Perpindahan arah kekuatan pasar

Kalau Anda adalah pemilik, pengusaha, ataupun seseorang yang sedang membangun passion menjadi bisnis, dan ingin mengembangkan brand saat ini, Anda punya PR besar.
Di era revolusi konstan yang saya sebut ‘Broken’ ini, sebuah perubahan struktur kekuatan telah terjadi, dan akan terus menerus terjadi.

• Pencari kerja kini lebih ngotot, dan memegang keputusan daripada pemberi kerja.
• Kekuatan penggerak pasar lebih condong pada influencer daripada media massa.
Distributive decision making mulai lebih digunakan, daripada top down.
• Cita- cita menjadi YouTuber terlihat lebih menggoda daripada menjadi dokter.
• Dan, customer kini lebih menentukan arah pasar daripada brand.

Kalau Anda sebagai brand, masih menganggap bahwa brand menentukan behaviour atau bahkan experience customer di pasar, bahkan pada era ini, maka Anda akan membakar hingga 60- 70 persen biaya marketing Anda dengan sia- sia.

Mendingan Anda buang budget Anda ke laut, karena hasilnya tidak akan berbeda jauh.
Dunia baru membutuhkan strategi yang baru. Tapi apa kunci strategi baru ini?

Baca juga: Tembus 40 Miliar Dollar AS, Ekonomi Digital RI Terbesar di ASEAN

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com