Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diintai Oversupply Pasar Properti, Ekonomi Dubai Terancam?

Kompas.com - 28/10/2019, 07:41 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

DUBAI, KOMPAS.com - Dubai, Uni Emirat Arab,  harus menghentikan seluruh pembangunan rumah baru dalam satu atau dua tahun mendatang untuk mencegah bencana ekonomi yang diakibatkan terlalu berlebihnya pasokan.

"Kita berada di persimpangan jaan saat ini. Apakah kita harus memerbaiki masalah dan kemudian kembali tumbuh, atau kita akan melihat bencana," ujar pendiri sekaligus Chairman dari Damac Properties, salah satu developer terbesar di Dubai, Hussain Sajwani seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (28/10/2019).

Sajwani merupakan salah satu eksekutif yang menyerukan pembatasan konstruksi di pasar yang kini kian lesu setelah mengalami puncaknya lima tahun lalu. Merosotnya harga-harga properti telah menampik seluruh prediksi bahwa bakal terjadinya rebound  (naik kembalinya) harga rumah yang kini sudah jatuh hingga 30 persen di Dubai.

Baca juga: RI Ikut Dubai Expo 2020, Jokowi Minta Lokasi Stan Tak Dekat Toilet

Broker properti JLL mengestimasi, setidaknya tahun ini di Gulf City, Dubai bakal dibangun sekitar 30.000 rumah, atau dua kali lipat dibanding permintaan.

Damac pun telah dalam dua tahun terakhir mengurangi pennjualan mereka secara dramatis, dan lebih fokus kepada penjualan properti yang sudah berada di dalam inventaris. Namun, pengembang tersebut aka menyelesaikan 4.000 rumah tahun ini dan 6.000 lainnya pada 2020 mendatang.

"Yang kita butuhkan hanyalah membekukan pasokan," kata Sajwani.

"Kurangi selama satu tahun, mungkin 18 bulan, mungkin 2 tahun," tambah dia.

Sajwani memperingatkan bahwa mengabaikan kelebihan pasokan dapat menyebabkan masalah bagi perbankan. Nilai rumah yang menurun pasti akan menyebabkan kredit macet yang tumbuh, selain itu, risiko default pun kian besar, memukul profitabilitas.

Dubai baru-baru ini membuat komite untuk membatasi pasokan dan memastikan bahwa pengembang swasta bisa berkompetisi secara adil.

"Efek domino itu konyol karena ekonomi Dubai sangat bergantung pada properti," katanya.

Baca juga: Tommy Soeharto Gandeng Perusahaan Dubai untuk Bangun Rumah Murah

Sajwani menunjuk kompetitornya Emaar Properties PJSC sebagai penyebab utama kelebihan pasokan lantaran perusahaan menawarkan rencana pembayaran yang mendorong spekulasi.

"Mayoritas pengembang besar lainnya, termasuk Meraas Holding LLC dan Nakheel PJSC, telah menghentikan pembangunan baru atau mengurangi sekitar 80 persen, sementara Emaar terus 'membuang' properti di pasar," katanya.

Adapun saham Damac tahun ini telah merosot hingga 40 persen, dan perusahaan tidak membayarkan dividen tahun ini karena profitabilitas yang kian menurun. Sajwani mengatakan, pihaknya lebih memilih untuk menahan uangnya di perusahaan untuk memenuhi kewajiban perusahaan.

Sementara Emaar, sebagai pengembang dari menara tertinggi di dunia di Dubai, menolak untuk memberi keterangan. Pemerintah Dubai memiliki sekitar 29 persen saham Emaar.

Baca juga: Naik Ke Puncak Burj Khalifa Dubai, Hanya Butuh 60 Detik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com