Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Mungkin Indonesia Butuh 540 Menteri Keuangan...

Kompas.com - 14/11/2019, 18:43 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Keuangan Sri Mulyani menyentil para kepala daerah yang tak bisa menyesuaikan diri dengan dinamika besaran anggaran yang diberikan pemerintah pusat. 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, mungkin dibutuhkan 540 menteri keuangan yang di tempatkan di setiap daerah untuk mengelola anggaran yang dinamis.

"Makanya mungkin kita butuh menteri keuangan lebih dari 540 di masing-masing daerah tuh  sehingga bisa tuh kelola naik turun (anggaran)," ujarnya di depan pimpinan pemerintah daerah dalam Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2020 di Kantor Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Baca juga: Sri Mulyani Bakal Bekukan Dana Desa yang Mengalir ke Desa Fiktif

Selama ini, kata Sri Mulyani, gejolak perekonomian global turut memengaruhi pergerakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini membuat aliran dana alokasi umum (DAU) yang dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada daerah juga terdampak.

Oleh karena itu, Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD) juga perlu dinamis atau fleksibel menyesuaikan diri. Namun, Sri Mulyani Indrawati menilai pemerintah daerah belum siap untuk menghadapi gejolak tersebut.

"Tahun lalu kami mengatakan secara jujur, harusnya jika APBN bergerak, APBD juga ikut gerak. Makanya DAU yang harusnya dinamis. (Tetapi) Para gubernur, bupati, wali kota lapor ke Presiden, 'Pak ini susah Pak kita kalau ngurusin APBD tuh enggak pasti. Kita enggak ngerti cara mengelolanya'," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Masih Getol Bangun Infrastruktur, Jokowi Kekurangan Rp 1.435 Triliun

Padahal, Sri Mulyani mengatakan, sebagai Menteri Keuangan, dirinya pun kerap dihadapkan pada kondisi yang membuat APBN terus bergejolak.

Penerimaan APBN bahkan bukannya naik, tetapi kerap kali justru turun karena adanya pergerakan harga-harga komoditas, seperti harga minyak, harga batubara, harga kelapa sawit, juga pergerakan nilai tukar dan daya beli masyarakat.

Sri Mulyani menekankan, pada dasarnya APBN dan APBD merupakan instrumen yang digunakan untuk mengelola keuangan negara ataupun daerah. Sifatnya tidak kaku, tetapi fleksibel terhadap fenomena ekonomi yang terjadi.

"Memang kapasitas daerah untuk mengelola dinamika APBD masih perlu untuk ditingkatkan. Ini merupakan pekerjaan rumah kita bersama," ujar dia.

Baca juga: Indonesian Pearl Festival 2019, Promosi Mutiara Lokal Kelas Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com