JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang 2019, dana kelolaan yang dimiliki BPJS Ketenagakerjaan atau kini dikenal dengan BPJAMSOSTEK mencapai Rp 431,67 triliun.
Dengan dana kelolaan jumbo tersebut, BPJAMSOSTEK memilih sejumlah instrumen investasi.
Tak mau masuk ke lubang yang sama seperti perusahaan pelat merah lainnya yang sedang bermasalah, pengelolaan investasi dana kelolaan BPJAMSOSTEK pun cenderung moderat.
Baca juga: Mau Digabung, Ini Perbandingan Kinerja Taspen Vs BPJamsostek
Mengingat, mayoritas dana kelolaan tersebut ditaruh ke instrumen surat utang. Porsinya pun mencapai yakni 60 persen dari total dana kelolaan atau setara Rp 259 triliun.
Menyusul pada saham 19 persen, deposito 10,86 persen, reksadana 9,34 persen, dan sisanya investasi langsung.
Berkat strategi itu, asuransi sosial ini sukses mencatatkan return investasi Rp 29,16 triliun atau meningkat 7,34 persen dari realisasi tahun sebelumnya yakni 27,28 triliun.
Demi memberikan manfaat bagi peserta, pengelolaan dana jaminan sosial ini harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan aspek keamanan dana, hasil optimal serta menjamin kelangsungan program jaminan sosial.
Untuk investasi pada instrumen saham yang mencapai Rp 82,02 triliun atau 19 persen dari total dana kelolaan, perusahaan pun tak main-main dalam pemilihan sahamnya.
Baca juga: Ada Kasus Jiwasraya dan Asabri, Dirut BPJAMSOSTEK Tegaskan Kinerja Investasi Aman
Direktur Utama BPJAMSOSTEK Agus Susanto mengungkapkan, pihaknya tahun lalu berinvestasi lebih banyak ke emiten LQ45 yakni 98 persen dari total investasi di pasar saham. Ada sebanyak 25 emiten yang masuk kategori LQ45 yang dinilai mempunyai fundamental kuat.
“Saham-saham yang dipegang BPJS Ketenagakerjaan sebesar 98% LQ45 yang merupakan saham lapis satu, di mana mayoritas saham BUMN. Tidak ada investasi kami ke saham lapis kedua maupun lapis ketiga,” kata Agus di gedung DPR, Senin (10/2/2020).
Sedangkan sebanyak sembilan emiten masuk non-LQ45. Walau begitu, Agus menegaskan bahwa sebelumnya emiten tersebut masuk kategori LQ45, tetapi kemudian terjadi penurunan kinerja sehingga harus keluar dari daftar saham LQ45.
Walaupun begitu, jenis saham ini masih menghasilkan deviden cukup signifikan tahun lalu.
“Saham non-LQ45 seperti Astra Agro Lestari, Garuda Indonesia, Krakatau Steel, PP London Sumatra Indonesia, Sumarecon dan lainnya,” pungkas dia.
Baca juga: Raup Untung Rp 29 Triliun, Ini Alokasi Investasi BPJamsostek
Dari investasi ke pasar saham, mayoritas berada ke sektor keuangan 31,88 persen.
Kemudian sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi 20,92 persen, industri barang dan konsumsi 15,50 persen, aneka industri 11,35 persen, industri dasar dan kimia 7,28 persen, properti 4,05 persen, pertambangan 4,27 persen, perkebunan 1,37 persen, perdagangan jasa dan investasi 3,37 persen.
Inilah Saham-saham yang dikoleksi BPJAMSOSTEK.
Baca juga: IHSG Tak Stabil, BPJAMSOSTEK Kurangi Investasi di Pasar Saham
Baca juga: Ini Respons Dirut BPJAMSOSTEK tentang Rencana Peleburan dengan Asabri
(Ferrika Sari)
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Imbal hasil investasi capai Rp 29 triliun, ini koleksi saham BPJAMSOSTEK
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.