JAKARTA, KOMPAS.com - Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, peran dan kontribusi ilmuwan-ilmuwan muda Indonesia sangat dibutuhkan dalam program hilirisasi.
Ia ingin para ilmuwan Indonesia yang sukses di luar negeri bisa kembali ke Indonesia untuk menjadi bagian dari program ini.
Sebab, kalau teknologinya tidak maju, pasti Indonesia akan ketinggalan.
"Indonesia saat ini banyak dilirik oleh negara-negara lain, dalam program hilirisasi maupun membantu memajukan teknologi nasional. dalam banyak bidang, seperti kelapa sawit, nikel, dan masih banyak lagi," ujar Luhut dalam keterangan tertulis di Washington DC, AS Kamis (13/2/2020).
Baca juga: Kenapa Potensi Kerugian Indonesia akibat Virus Corona Capai Puluhan Triliun Rupiah? Ini Kata Luhut
"Akibatnya ekonomi kita itu tidak cepat pertumbuhannya karena tidak ada nilai tambah. Jadi sekarang kita sedang menggalakkan penggunaan TKDN dan hilirisasi agar ada nilai tambahnya," sambung Luhut.
Para ilmuwan ini juga, menurut Luhut, bisa menerapkan ilmunya pada pembangunan ibu kota baru.
Salah satunya adalah Oki Gunawan (43), seorang peneliti senior IBM yang menyelesaikan studi S3-nya di Universitas Princeton.
Ia memperlihatkan hasil penemuan terbarunya yaitu alat sensor gempa. Oki telah memiliki paten dan telah sukses menciptakan rumus baru dalam ilmu fisika.
Baca juga: Jelang Forum Ekonomi Dunia di Jakarta, Luhut Tak Bahas Antisipasi Virus Corona
Kemudian, ada Jonathan Mailoa, yang masih berusia 30 tahun, lulusan S3 dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) melakukan penelitian di bidang lithium baterai.
Terakhir Rezi Pradipta (37), yang juga lulus S3 dari MIT yang sekarang menjadi dosen dan peneliti di Boston College. Ia saat ini sedang melakukan penelitian di cuaca antariksa bersama LAPAN Bandung.
Luhut tidak meminta para ilmuwan tersebut berhenti dari pekerjaan mereka, tetapi mungkin memberikan alternatif cuti untuk beberapa lama dan bisa membantu Indonesia.
"Pengalaman saya berhubungan dengan negara-negara maju, hilirisasi dan pemberdayaan teknologi dalam negeri ini malah banyak mendapat hambatan dari para negara-negara maju itu. Seperti kasus sawit dan pelarangan ekspor nikel," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.