JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat (AS) atau Office of the US Trade Representative (USTR) mencabut preferensi khusus untuk daftar anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) termasuk Indonesia dalam daftar negara berkembang.
Lantas dengan dicabutnya Indonesia dari daftar negara berkembang, apakah ekspor Indonesia akan terpukul?
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, AS tidak secara khusus menargetkan Indonesia. Sebenarnya, tujuan utama AS dari kebijakan ini adalah kemungkinan adanya tarif baru ke produk China.
Baca juga: Indonesia Dicoret AS dari Negara Berkembang, Ini Kabar Buruknya
Seperti diketahui, AS telah mencabut preferensi subsidi untuk negara-negara berkembang tak hanya Indonesia, tapi juga China, India, Singapura dan Vietnam.
Hal tersebut membuat AS lebih mudah melancarkan tarif bea masuk tambahan atau Countervailing Duties (CVD) baru sebagai bentuk 'anti-dumping policy' yang memungkinkan AS mengenakan tarif baru ke lebih banyak produk China.
"Kebijakan ini menyebabkan pemerintah AS bisa lebih mudah dalam menerapkan tarif CVD baru, sebagai bentuk 'anti-dumping policy'. Produk Tiongkok biasanya tingkat kompetitifnya sangat luar biasa, sehingga mengancam industri dalam negeri AS sendiri. Mungkin wajar jika dikenakan tarif CVD tersebut," kata Satria kepada Kompas.com, Senin (24/2/2020).
Baca juga: Dicabut AS dari Daftar Negara Berkembang, Indonesia Harus Ambil Positifnya...
Di sisi lain, kata Satria, produk-produk ekspor Indonesia relatif belum begitu kompetitif di pasar internasional.
"Iya, rasanya tidak ada produk Indonesia yang sedang dipertimbangkan untuk kena CVD," jelasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.