Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hunian Layak Masih Jadi Tantangan Keluarga Muda

Kompas.com - 28/02/2020, 22:10 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Di dalam RUU Ketahanan Keluarga, pasangan menikah diwajibkan memiliki hunian layak.

Di dalam draf UU ini juga diatur pemisahan kamar antara orang tua dengan anaknya dan antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Menurut Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan, kepemilikan hunian layak tinggal masih menjadi persoalan yang dihadapi banyak keluarga. Hal ini disebabkan belum meratanya kemampuan finansial.

Baca juga: Milenial, Beli Rumah Dapat Diskon Asuransi dan Cashback Tabungan, Mau?

Bahkan banyak keluarga yang memilih untuk menyewa rumah berukuran kecil karena keterbatasan keuangan.

"Jika RUU Ketahanan Keluarga kemudian jadi diundangkan akan menjadi persoalan baru karena konsekuensinya keluarga harus memiliki hunian minimal dengan tiga kamar tidur. Sementara harga rumah atau hunian dengan tiga kamar tidur relatif lebih mahal dibandingkan rumah/hunian dengan dua kamar tidur," kata Ike dalam keterangannya, Jumat (28/2/2020).

Berdasarkan data Rumah.com, harga minimum hunian tiga kamar tidur di sejumlah kota besar di Indonesia Rp 550 juta hingga Rp 1 miliar. Harga minimum tertinggi berada di Jakarta dan Bandung senilai Rp 800 juta.

Baca juga: 4 Hal yang Diperhatikan Saat Membeli Rumah Bersama Pasangan

Sementara harga minimum terendah di area Bogor, Depok, Kabupaten Bekasi dan Bali mencapai Rp 550 juta.

Sementara berdasarkan data Rumah.com Consumer Sentiment Survey 2019, 62 persen responden mengalokasikan anggaran Rp 500 juta untuk membeli hunian. Sebanyak 17 persen mengalokasikan Rp 500 juta hingga Rp 750 juta, dan sisanya sebanyak 21 persen di atas Rp 750 juta.

Jika mengacu pada hasil survei ini, maka sebagian besar masyarakat belum mampu untuk membeli rumah dengan tiga kamar tidur.

Adapun penghasilan rata-rata pekerja dengan tingkat pendidikan sarjana adalah Rp 5 juta hingga Rp 8,5 juta per bulan dengan penghasilan tertinggi di Jakarta. Jika dianggap pembeli rumah adalah suami istri yang sama-sama bekerja, maka joint income rata-rata maksimal adalah Rp 17 juta.

"Kalau kita mengikuti acuan bank di mana batas cicilan aman 30 persen dari penghasilan, maka hunian yang dapat dicicil pasangan sarjana di Jakarta, yang keduanya bekerja Rp 570 jutaan. Ini di bawah harga minimum hunian tiga kamar tidur di Jakarta," terang Ike.

Baca juga: Mau Beli Rumah?, Pertimbangkan 4 Hal Ini

Menurut dia, saat ini rata-rata propertidi Indonesia terdiri dari dua kamar tidur. Rumah subsidi yang disediakan pemerintah pun hanya menyediakan dua kamar tidur.

"Harga rumah subsidi saat ini adalah Rp 168 juta untuk Jabodetabek. Jika dibandingkan dengan harga rumah tiga kamar tidur terendah di kawasan yang sama, yakni sebesar Rp 550 juta, maka perbedaan harganya bisa mencapai 327 persen atau lebih dari 3 kali lipat," ujar dia.

"Ini artinya, jika pemisahan kamar tidur anak dan orang tua serta anak laki-laki dan perempuan menjadi suatu kewajiban, maka pemerintah wajib meningkatkan standar rumah subsidi serta meningkatkan daya beli masyarakat terhadap rumah tiga kamar tidur,” imbuh Ike.

Secara terpisah, peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Diahhadi Setyonaluri menambahkan bahwa rumah layak huni bagi sebuah keluarga, idealnya rumah dengan luas cukup untuk memenuhi standar kesehatan.

"Bila keluarga memiliki anak usia balita atau sekolah, idealnya dapat memiliki halaman atau berlokasi dekat dengan ruang terbuka. Jumlah kamar bukan menjadi masalah utama karena menambah kamar memerlukan lahan dan biaya besar,” jelas Diahhadi.

Baca juga: Milenial, Kini Beli Rumah Subsidi Bisa Lewat Aplikasi

Untuk memenuhi kebutuhan rumah dengan tiga kamar, bisa jadi pencari rumah terpaksa memilih lokasi lebih jauh agar harganya terjangkau. Namun rumah tangga menghadapi biaya transportasi.

Kaum pekerja perempuan, waktu commuting-nya akan mengurangi waktu di rumah untuk mengurus anak dan rumah tangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com