Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Virus Corona, Bisakah 5 Kebijakan Lanjutan BI Tenangkan Investor?

Kompas.com - 03/03/2020, 11:32 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia merilis 5 kebijakan lanjutan untuk meredam dampak virus corona.

Menanggapi hal itu ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah menilai,  langkah lanjutan kebijakan BI tersebut dalam jangka pendek bisa menenangkan para investor dan menstabilkan pergerakan rupiah yang sempat menembus ke Rp 14.400 per dollar AS (kurs Jisdor).

Namun untuk jangka panjang dia menyebut, kebijakan yang dirilis Senin (2/3/2020) itu, belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan 5,1-5,3 persen sasaran BI pada akhir tahun 2020.

"Tetapi kebijakan BI tidak akan bisa menghapuskan kekhawatiran pasar akan dampak virus corona. Perekonomian global dan domestik dipastikan akan melambat," katanya kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Baca juga: BI Gulirkan 5 Kebijakan Lanjutan untuk Antisipasi Dampak Corona

Menurut Piter, kebijakan lanjutan BI itu cukup efektif untuk menopang nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Namun, kepercayaan investor masih belum pulih 100 persen.

"Perekonomian global dan domestik baru akan recover ketika virus corona sudah mereda diikuti oleh kembalinya market confident," katanya.

Sementara itu ekonom BNI, Ryan Kiryanto berpendapat, relaksasi Kebijakan Moneter BI melalui jalur makroprudensial, yakni menurunkan kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing (valas) dan rupiah, memang bertujuan untuk melonggarkan kondisi likuiditas perbankan.

Harapan BI, perbankan tidak berebut dana masyarakat melalui strategi penetapan bunga yang tinggi atau berusaha semaksimal mungkin memberikan bunga simpanan.

Baca juga: Imbas Corona, Penjual Jamu Keluhkan Meroketnya Harga Bahan Baku

Maka strategi yang ditempuh BI, selain likuiditas melonggar, diharapkan juga perbankan menurunkan biaya dananya.

Apalagi pada 20 Februari 2020 lalu, BI sudah menurunkan suku bunga acuannya 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,75 psrsen.

Menurut Ryan, jika biaya dana turun maka suku bunga kredit diharapkan juga menyesuaikan supaya menstimulasi pengusaha untuk meminta fasilitas kredit.

"Inilah spirit dari BI melalui pelonggaran beleid GWM tadi. Kini bola ada di pelaku usaha, apakah mereka terpacu untuk ekspansi atau tidak di tengah perlambatan ekonomi global dan domestik karena terdampak oleh penyebaran Covid-19," katanya.

Seperti diberitakan, melihat efek Covid-19 terus bertambah, BI merilir 5 kebijakan lanjutan. Yakni dengan cara meningkatkan intensitas triple intervention agar nilai tukar rupiah bergerak stabil, menurunkan GWM Valas bank umum konvensional sebesar 4 persen.

Kemudian, GWM rupiah diturunkan sebesar 50 basis point kepada perbankan yang membiayai kegiatan ekspor-impor, memperluas jenis underlying transaksi bagi investor asing, dan mempermudah para investor global menggunakan Bank Kustodi.

Baca juga: Dijaga BI, Rupiah Pagi Lanjutkan Penguatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com