JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi tingkat inflasi akan semakin rendah dan terkendali.
Pasalnya, permintaan masyarakat kian rendah di tengah wabah virus corona (Covid-19).
"Kami melihat ke depan tekanan inflasi akan rendah. Kenapa? Karena permintaan masyarakat rendah dan ekspektasi inflasi terjaga rendah. Oleh karena itu masyarakat tidak usah panik, tidak usah nubruk-nubruk belanja," kata Perry dalam konferensi video, Kamis (2/4/2020).
Baca juga: Maret 2020 Inflasi 0,10 Persen, Dipicu Emas Perhiasan hingga Gula
Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan perkembangan inflasi pada Maret 2020 mencapai 0,10 persen.
Adapun inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 0,76 persen dan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,96 persen.
Perry menyebut, rendahnya inflasi dalam kondisi khusus seperti dampak virus corona membuat dampak terhadap depresiasi nilai tukar kian sempit.
Bahkan dalam kondisi normal, rendahnya inflasi cenderung berpengaruh kecil pada nilai tukar.
"Dampak nilai tukar terhadap inflasi Indonesia itu rendah. Kita melihat ekspektasi inflasi terjaga dan terhadap depresiasi rupiah di kondisi normal saja rendah, apalagi (dalam kondisi) seperti ini. Kecenderungannya dalam penelitian seperti itu," ungkap Perry.
Baca juga: BI: Inflasi Terjaga Rendah, Harga Pangan Terkendali
Faktor lainnya, terjaganya tingkat inflasi disebabkan oleh pemerintah yang memastikan pasokan kebutuhan masyarakat baik pusat dan daerah terkendali.
"Dan tadi juga masalah pembiayaan defisit fiskal adalah BI sebagai the last resource (sehingga akhirnya mampu menjaga tingkat inflasi). Ini kita sebut sebagai kebijakan fiskal dan moneter yang pruden," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.