Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama dalam 44 Tahun, Ekonomi China Diproyeksi Tak Tumbuh Tahun Ini

Kompas.com - 02/04/2020, 17:34 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Perekonomian China telah menunjukkan beberapa gejala perbaikan setelah sempat mengalami tekanan hebat akibat pandemik virus corona.

Namun demikian, proyeksi ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut dalam beberapa waktu ke depan masih belum jelas.

Bahkan, negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu diprediksi tidak mengalami pertumbuhan ekonomi tahun ini. Jutaan pekerja pun terancam kehilangan pekerjaannya.

Baca juga: PDB China Diprediksi Turun ke 4 Persen Pada Kuartal I 2020

Dilansir dari CNN, Kamis (2/4/2020), perekonomian China tahun ini diproyeksi haya tumbuh sekitar 1 persen hingga 2 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2019 yang sebesar 6,1 persen.

Bahkan, skenario terburuknya, Bank Dunia menyatakan negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 14 triliun dollar AS itu tak akan mengalami pertumbuhan.

Dengan demikian, China akan mencatatkan rekor kinerja perekonomian terburuk dalam 44 tahun terakhir, jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan resesi global 2008-2009 atau bahkan tahun 1990 lalu.

Kala itu, negara-negara Barat memberlakukan sanksi kepada China akibat kasus pembantaian Tiananmen Square.

Baca juga: Ekonomi Mulai Bergerak, Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga Acuan

Analis UBS dan Goldman Sachs pun dalam beberapa waktu lalu baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China menjadi 1,5 persen dan 3 persen masing-masing.

Adapun pejabat China yang turut serta menetapkan target pertumbuhan ekonomi China sejak 1985 tak yakin dengan kinerja perekonomian negaranya. Salah satuw pejabat di bank sentral China, People Bank of China (PBoC) menyatakan, pemerintah tidak akan menetapkan target pertumbuhan tahun ini.

"Akan sulit untuk merealisasikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4 persen hingga 5 persen tahun ini. Banyak pihak memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan tertekan di kisaran 1 persen atau 2 persen tahun ini. Semua proyeksi tersebut mungkin terjadi," ujar anggote komite moneter di PBoC Ma Jun.

Mengingat ketidakpastian yang sangat besar dalam prospek ke depan, China pun kesulitan untuk menentukan besaran stimulus fiskal dan moneter yang harus digelontorkan.

Baca juga: China Mulai Bangkit dari Corona, Erick Thohir Tak Mau RI Ketinggalan

Sementara di sisi lain, Ma menilai target pertumbuhan yang tidak realistis bisa mendorong pemerintah daerah untuk membelanjakan investasi infrastruktur yang justru tidak banyak membantu mengurangi pengangguran atau meningkatkan mata pencaharian masyarakat dalam jangka pendek.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com