KOMPAS.com – Konferensi pers daring menjadi preferensi utama para pekerja media dalam mencari informasi selain siaran pers di tengah wabah Covid-19.
Simpulan itu dirilis Imogen Communication Institute (ICI) dari hasil riset bertajuk “Apa yang Media Butuhkan selama WFH” pada medio April 2020.
Riset yang melibatkan 115 jurnalis media massa di 10 kota Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Pekanbaru, Makassar, Banjarmasin, Samarinda dilakukan dengan metode kuantitatif maupun kualitatif.
“Konferensi pers daring sejalan dengan instruksi pemerintah dalam memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” kata Direktur Imogen Communication Institute, Widi Wahyu Widodo, dalam pernyataan tertulis, Kamis (16/4/2020).
Baca juga: Komisi I Minta Konferensi Pers Sesuai Protokol Pencegahan Covid-19
Dari total responden, 61,4 persen memilih konferensi pers daring saat Work From Home (WFH), karena masih memungkinkan mereka bertanya langsung kepada narasumber melalui kolom komentar atau live chat.
Sementara 28,7 persen lebih memilih metode menerima siaran pers dan 9,9 persen memilih siaran pers berupa video streaming.
Ia menjelaskan, para jurnalis sangat membutuhkan informasi langsung dari narasumber, khususnya ketika narasumber dalam konferensi pers daring adalah ahli atau tokoh yang relevan dan kredibel dengan situasi sekarang.
“Apalagi jika mereka cukup sulit untuk dihubungi secara pribadi, sehingga konferensi pers daring bisa menjadi sarana bagi wartawan untuk bertanya langsung selama sesi tanya jawab,” ucap dia.
“Tapi sebagian besar lebih memilih Youtube dan Zoom yang memiliki fitur live chat. Konferensi pers daring yang sudah berlangsung juga bisa ditonton kembali dengan adanya fitur recording,” katanya.
Namun demikian, beberapa kendala seperti sinyal internet yang tidak stabil, dan kuota internet yang cukup besar membuat 28,7 persen jurnalis memilih lebih senang menerima siaran pers.
“Bayangkan jika sehari ada 5 konferensi daring, wartawan membutuhkan kuota internet yang memerlukan biaya yang lebih besar di tengah situasi seperti ini,” ujar dia.
Baca juga: Menkominfo: Penggunaan Internet Meningkat hingga 10 Persen
Idealnya, imbuh dia, siaran pers dapat dibagikan melalui pesan Whatsapp atau email segera setelah jurnalis masuk ke online room meeting.
Dengan begitu, jurnalis tetap bisa mengeksplorasi pertanyaan dan angle lainnya yang dibutuhkan.
“Press release juga membantu jurnalis jika koneksi tidak stabil, suara narasumber tidak jelas, ketinggalan materi atau kendala teknis lain sehingga mereka tetap mendapatkan informasi yang tepat,” ucapnya.