Sebagian besar minimarket ini sudah ada sebelum kegiatan pembongkaran kios di stasiun dilakukan. Di Stasiun Cikini, minimarket masih berdiri di tengah puing-puing bekas kios yang dibongkar. Setelah pembongkaran kios selesai dilakukan, ada beberapa minimarket baru yang mulai beroperasi di sejumlah stasiun.
Jonan mengakui tidak menghapus semua gerai waralaba dan usaha di stasiun. ”Terbatas hanya di stasiun besar,” kata Jonan dilansir dari Harian Kompas, 14 November 2013.
Baca juga: Jonan: Kalau Perlu Jual Gedung, Dibanding PHK Orang...
PT KAI mengizinkan adanya pemanfaatan sebagian kawasan stasiun untuk tujuan komersial, tetapi di stasiun besar. Dikategorikan stasiun besar karena kepadatan penumpang tinggi dan atau berfungsi untuk naik turun penumpang KA jarak jauh. Termasuk stasiun besar ialah Bogor, Manggarai, Gambir, Jakarta Kota, Tanah Abang, Pasar Senen, dan Jatinegara.
Pemanfaatan sebagian kawasan stasiun besar untuk usaha tidak terbatas untuk golongan tertentu. ”Kalau berani memberi harga yang cocok, pedagang kecil pun bisa, tetapi ya itu hanya di stasiun besar,” katanya.
Di awal penataan stasiun, sejumlah petinggi PT KAI menjamin, minimarket akan dibongkar setelah kontrak selesai. Pembongkaran setelah selesainya kontrak ini juga diterapkan kepada pedagang yang menyewa kios di stasiun. Namun, rupanya umur minimarket ini masih akan panjang di dalam stasiun.
Sementara dilansir dari Harian Kompas, 29 Agustus 2013, aksi unjuk rasa ratusan pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Asongan Langgeng di Stasiun Besar Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyebabkan keberangkatan empat kereta api terlambat.
Empat kereta api tersebut adalah KA Sawunggalih Utama, KA Fajar Utama, KA yang mengangkut semen, dan KA pengangkut bahan bakar minyak.
Baca juga: Kenapa Adian Napitupulu Kritik Pengangkatan Komisaris BUMN Era Erick Thohir?
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi V Purwokerto Surono mengatakan, keterlambatan keberangkatan kereta api rata-rata mencapai 10 menit. Meskipun tak lama, keterlambatan tersebut menyebabkan rangkaian kereta api berikutnya juga terlambat.
”Blokade rel KA oleh ratusan pedagang asongan merupakan sabotase yang melanggar hukum. Ini karena aksi tersebut mengganggu fasilitas umum,” ujarnya.
Menurut Surono, PT KAI juga tak bisa memenuhi permintaan pedagang untuk memberikan kompensasi. ”Itu tak ada aturannya,” katanya.
Unjuk rasa para pedagang asongan dimulai sekitar pukul 08.30. Sebanyak 280 pedagang menduduki jalur ganda kereta yang berjarak sekitar 200 meter di sebelah barat emplasemen stasiun.
Baca juga: Pejabat Pemerintah Rangkap Komisaris BUMN, Stafsus Erick Thohir: Wajar...
Mereka memprotes kebijakan PT KAI yang melarang pedagang berjualan. Pedagang juga menuntut kompensasi sebesar Rp 7 juta jika dilarang berdagang.
”Kami cuma ingin tetap berjualan di stasiun. Saat melarang pedagang berjualan, PT KAI justru mengizinkan pembukaan minimarket di stasiun. Ini kan tak adil,” ujar Susmono (55), pedagang yang sudah 30 tahun berdagang di stasiun.
Unjuk rasa semakin panas setelah polisi khusus KA (polsuska) dan aparat polisi datang. Massa beberapa kali berupaya menghentikan KA yang akan masuk atau keluar stasiun. Beberapa pedagang bahkan menghadang laju KA. Beruntung rangkaian KA berjalan pelan sehingga tidak menyebabkan kecelakaan.
Kericuhan pun pecah saat pedagang menghentikan laju KA Fajar Utama dari Yogyakarta menuju Jakarta. Sebagian dari mereka menaiki lokomotif. Aksi kian brutal saat terjadi pelemparan batu ke lokomotif. Sejumlah anggota polsuska yang mencoba mencegah justru terlibat baku hantam dengan pedagang sehingga harus dilerai aparat kepolisian.
Baca juga: Jonan Pamer Baru Beli Mobil Esemka
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.