Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga September, Maybank Setujui Restrukturisasi Kredit Rp 14 Triliun

Kompas.com - 24/09/2020, 20:39 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Maybank Indonesia Tbk telah menyetujui restrukturisasi kredit Rp 14 triliun hingga 22 September 2020. Sementara itu restrukturisasi kredit yang sedang dalam proses mencapai Rp 5 triliun.

“Restrukturisasi sampai dengan 22 September, yang sudah kita verifikasi (total) Rp 19 triliun,” kata Direktur Managemen Resiko Maybank Efendi melalui paparan public expose, Kamis (24/9/2020).

Efendi bilang, dari mulai April hingga Juni 2020, merupakan puncaknya nasabah mengajukan restrukturisasi. Selanjutnya jumlah nasabah mulai landai dan cenderung flat.

Baca juga: Ragam Cara Pemda Hidupkan Aktivitas Ekonomi di Tengah Pandemi

Dia juga mengatakan, penerapan restrukturisasi sesuai dengan POJK 11 tidak diberlakukan kepada semua nasabah yang bermasalah. Namun prosesnya, dilakukan dengan melihat masalah dari nasabah yang bersangkutan.

“Penerapan POJK ini, kita lihat kalau memang masih punya prospek usaha, dan usahanya berjalan kami akan berikan restrukturisasi. Tapi jika usahanya telah berhenti dan sebelum Covid-19 sudah bermasalah, tidak akan di restrukturisasi. Kami lebih case by case,” kata dia.

Efendi menjelaskan, debitur bermasalah selalu ada, apalagi kondisi Covid -19 ini membuat cash flow nasabah terganggu. Menurut dia, sektor yang terdampak adalah sektor manufaktur yang dalam suplainya bergantung dari luar negeri, sehingga ada unsur nilai tukar di situ.

“Selain itu, produknya yang dijual juga bukan produk kebutuhan dasar, seperti consumer good. Apalagi yang orientasi ekpor, karena kan demand dari luar itu menurun,” kata dia.

Baca juga: Meski Resesi, Bank Mandiri Optimistis Peluang Penyaluran Kredit Masih Ada

Di sisi lain, ratio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) melonjak tinggi pada Juni 2020. Secara gross, NPL konsolidasi Maybank mencapai 4,9 persen atau naik 3,65 persen dibanding periode sama tahun lalu. Sementara NPL net 2,91 persen atau naik 2,16 persen dibanding tahun lalu.

Maybank menyatakan kenaikan NPL tersebut terjadi karena penyaluran kredit mengalami penurunan, dan mendorng rasio kredit bermasalahnya semakin melebar.

“Loan itu turun hampir 15 persen dan menyebabkan ratio meningkat. Maybank tidak menerapkan relaksasi ke semua debitur dan kami lebih konservatif di mana penerapan POJK 11 secara exception, bukan general,” kata Direktur Finance, Financial Planning, Performance Management, dan Procurement & Premises Maybank Indonesia Thila Nadason.

Sementara itu, Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria menyebut, strategi perseroan dalam menyalurkan kredit memang mengalami perubahan saat pandemi Covid-19. Perusahaan juga menerapkan langkah selektif dalam memberikan relaksasi pada debitur.

"Saat ini kami menyalurkan kepada debitur yang usahanya terdampak minimal atau yang tidak terdampak. Banyak lini usaha yang tidak terdampak oleh pandemi, khususnya usaha bahan kebutuhan pokok,” ucap dia.

Baca juga: Milenial Bergaji Rp 4 Juta Juga Bisa Investasi, Begini Caranya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com