Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Saja Infrastruktur Peninggalan Penjajahan Jepang di Indonesia?

Kompas.com - 02/10/2020, 07:10 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Alasan Sultan, Mataram butuh saluran irigasi agar bisa menyuplai makanan untuk pemerintah militer Jepang. Selain itu, berkat Selokan Mataram, ribuan warga Yogyakarta terhindar dari kewajiban dikirim sebagai kerja paksa atau romusha oleh pemerintah militer Jepang.

Pembangunan irigasi Yogyakarta yang dalam Bahasa Jepang disebut sebagai Gunsei Hasuiro akhirnya memang bisa mengatasi masalah kekurangan pangan di wilayah tersebut dan masih memberikan manfaat hingga saat ini.

3. Bandara Sugimanuru

Bandara Sugimanuru merupakan bandara kecil yang terletak di Pulau Mua, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara. Bandara ini kini berada di bawah pengelolaan Kementerian Perhubungan.

Baca juga: Kisah Teuku Markam, Pengusaha Aceh Penyumbang 28 Kg Emas Monas

Sebagaimana Bandara Biak, Bandara Sugimanuru dibangun Jepang untuk kepentingan militer guna mendukung ekspansi Perang Pasifik, terutama di kawasan Laut Jawa dan Laut Banda.

Setelah Jepang hengkang, Bandara ini sempat terbengkalai hingga pada masa Orde Baru kembali dimanfaatkan untuk penerbangan perintis yang dilayani maskapai Merpati.

Panjang runway Bandara Sugimanuru terbilang kecil, hanya sepanjang 750 meter dengan lebar 23 meter. Meski kecil, bandara ini jadi bandara terdekat untuk menuju ke Raha, kota terbesar di Pulau Muna.

Selama ini, masyarakat Pulau Muna banyak mengandalkan penerbangan dari Bandara Batoambari di Baubau dan Bandara Haluoleo Kendari.

Baca juga: Mengenal Gobog, Uang yang Berlaku di Era Majapahit

4. Bandara Leo Wattimena

Bandara Leo Wattime merupakan bandara peninggalan militer Jepang yang berada di Morotai, Maluku Utara. Dibangun Jepang pada 1942, bandara ini awalnya hanya memiliki dua buah landasan pacu.

Setelah Sekutu berhasil merebut Morotai dari tangan Jepang, dibangun pula lima landasan pacu tambahan. Dua berfungsi sebagai runway, tiga lainnya sebagai lahan parkir pesawat-pesawat militer.

Bandara ini juga sempat menjadi markas Jenderal Sekutu, Douglas McArthur. Setelah kemerdekaan Indonesia, landasan udara ini kemudian diambil alih pemerintah dan mengganti namanya menjadi Leo Wattimena yang merupakan pejuang asal Morotai.

Selain untuk penerbangan sipil, Bandara Leo Wattimena juga merupakan pangkalan militer TNI AU.

Baca juga: Rupa-rupa Uang Kertas yang Beredar di Era Penjajahan Jepang

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com