Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontraksi Ekonomi Kuartal III Lebih Dalam dari Proyeksi, Ekonom: PEN Belum Maksimal

Kompas.com - 05/11/2020, 14:39 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 minus 3,49 persen.

Realiasi ini melanjutkan kontraksi dari kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen, sehingga Indonesia dipastikan alami resesi ekonomi.

Kendati kontraksi sepanjang Juli-September 2020 lebih kecil ketimbang kuartal sebelumnya, namun angka itu tetap lebih dalam dari proyeksi pemerintah.

Baca juga: Indonesia Resesi, Jumlah Pengangguran Naik Jadi 9,77 Juta Orang

Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat menyebut ekonomi kuartal III 2020 diperkirakan di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi diproyeksikan minus 3 persen.

Ekonom BCA David Sumual menilai, salah satu penyebab dalamnya kontraksi ekonomi dari perkiraan adalah realisasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang belum optimal.

"(Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020) sedikit lebih buruk atau lebih rendah dari perkiraan. Menurut saya ada beberapa faktor, pertama karena PEN yang belum efektif," ujar David kepada Kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Hal ini tercermin dari data realisasi anggaran penanganan Covid-19 dan PEN hingga pertengahan Oktober 2020 sebesar Rp 344,11 triliun, atau baru 49,5 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 695,2 triliun.

"Selain itu, belanja pemerintah daerah dan dana desa itu juga belum efektif. Ini memang biasanya di akhir tahun baru kelihatan, di kuartal IV-2020," imbuh David.

Penyebab lainnya adalah pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Jakarta sepanjang 14 September hingga 11 Oktober 2020.

Menurut David, kebijakan tersebut sangat mempengaruhi pergerakan ekonomi.

"September-Oktober kan PSBB diperketat lagi, itu berpengaruh ke mobilitas dan transaksi," kata dia.

Baca juga: Indonesia Resesi, Jokowi Dinilai Perlu Reshuffle Kabinet

Oleh sebab itu, ia menilai, satu-satunya upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengerek perekonomian adalah dengan optimalisasi anggaran PEN.

David menyatakan, akan lebih berdampak jika penyaluran bantuan sosial (bansos) bisa berbentuk uang tunai.

Selain itu, bisa pula dengan mendorong relaksasi pajak bagi para pelaku usaha, meningkatkan insentif bagi para pengangguran yang terdampak pandemi, serta mendorong implementasi skema cash for work atau pencairan tunai untuk program padat karya.

"Jadi mungkin ada beberapa program lain yang bisa dilakukan. Seperti cash for work tapi program ini memang perlu persiapan, mungkin baru akhir tahun paling cepat," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com