JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa yang menyangka, berawal dari tugas kuliah, sebuah bisnis bisa dijalankan dan dikembangkan. Hal tersebut lah yang dilakukan oleh Aditya Rahman, founder dari merek fesyen yang fokus memproduksi tas bernama Niion.
Pria yang akrab disapa Adit Yara itu menceritakan, dirinya mulai merintis membangun Niion ketika tengah menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia menggunakan ide produksi tas yang mengusung tema simplicity, sebagai bahan tesis untuk menyelesaikan studinya di ITB.
"Produk-produk yang minimalis dengan warna yang bold," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (7/12/2020).
Baca juga: Intip Tiga Tips Bisnis Tetap Untung di Tengah Pandemi dan Resesi
Ide tersebut pun mendapatkan sambutan yang baik dari teman-teman kuliah Adit. Usai mempresentasikan produknya, hampir seluruh teman kelas Adit memesan tas tersebut.
"Hampir 90 persen temen di kelas membeli. Bukan satu, tapi saya inget 30-40. Itu first experience Niion diborong sama teman sekelas," ujar dia.
Berangkat dari situ, Adit pun fokus untuk mengembangkan bisnis Niion, yang saat ini telah memiliki 3 segmentasi produk yakni Basic, Urban, dan Sterling.
Baca juga: Biar Dapur Tetap Ngebul, Single Parent Bisa Coba Bisnis Ini
Ketiga segmentasi produk tersebut memiliki ciri khas dan rentang harga yang berbeda-beda. Untuk segmentasi Basic, Adit menjual produknya yang memiliki ciri khas bisa dilipat dengan rentang harga Rp 100.000 hingga Rp 250.000.
Kemudian, pada segmentasi Urban, Adit memberikan ciri khas produknya dengan menggunakan bahan dasar seperti yang digunakan pada pipa, yakni PVC. Untuk segmen tersebut, Niion memasarkan produk dengan rentang harga Rp 250.000 sampai Rp 500.000.
"Yang ketiga, yang Sterling, ini jagoan kami, yang terbaru dengan berbahan dasar yang belum pernah kami lakukan. Si silverya ini berasal dari bahan seperti plafon rumah, kita coba mix dengan PVC, jadi ini harganya cukup tinggi dari Rp 350.000 sampai Rp 1 juta," tuturnya.
Baca juga: Cerita Perajin Kain Tenun Bali yang Produknya Dipinang Christian Dior
Adit mengakui, tidak mudah untuk Niion berkembang di Indonesia. Sebab, pada saat diluncurkan tahun 2013, belum banyak orang menggunakan tas dengan model selempang atau slingbag dengan warna yang mentereng.
"Jadi tantangan utamanya edukasi, beralih dari tas yang ribet ke tas sederhana cuma satu warna," katanya.
Namun, dirinya terus berusaha mengedukasi masyarakat Indonesia terkait penggunaan tas slingbag melalui berbagai kanal media sosial.
Media sosial dipilih Adit untuk mengedukasi sekaligus memasarkan produknya karena tidak membutuhkan biaya yang besar.
Baca juga: Kisah Ibu Rumah Tangga Jualan Alpukat, Raih Omzet hingga Ratusan Juta Rupiah
"Dulu menggunakan Instagram, Line, berlanjut ke Line Official. Akhirnya kami memberanikan diri pada 2015 kami mneggunakan website sebagai engine utamanya," ujarnya.
Setelah itu, Niion pun terus berkembang dan kerap kali mendapatkan pesanan dalam jumlah besar. Bahkan, Niion sempat diborong oleh sebuah bank untuk memproduksi 5.000 tas.
Bukan hanya itu, pada tahun lalu Niion juga telah berhasil menjajakan produknya ke Las Vegas, Amerika Serikat, dalam gelaran Agenda Show dan Liberty Fairs.
"Pemerintah melalui Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) yang mungkin sekarang sudah melebur, waktu itu support kami ketika B2B event di Amerika. Menurut saya itu bantuan paling berkesan dan memiliki efek luar biasa ke perusahaan kami," tuturnya.
Kepada para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lainnya, Adit menyarankan untuk tetap fokus berinovasi dengan kreativitas dimiliki agar mampu menempuh kesuksesan serupa.
Baca juga: Intip Bisnis Tas Daur Ulang Plastik yang Rambah Pasar Ekspor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.