Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: Pertama Kalinya Dalam Sejarah, Beli Minyak dari AS Malah Dibayar

Kompas.com - 24/12/2020, 15:47 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri hulu minyak menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan paling telak dari pandemi Covid-19.

Hal tersebut terefleksikan dengan sempat anjloknya harga minyak mentah dunia.

Pada Januari tahun ini, harga rata-rata minyak mentah acuan global, Brent, berada di kisaran 63,65 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Mulai Membaik, DPR Dorong Pemerintah Tingkatkan Lifting

Sementara harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran 60 dollar AS per barrel.

Munculnya pandemi Covid-19 langsung membawa sentimen negatif terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia.

Merosotnya harga komoditas tersebut sudah mulai terlihat pada Februari.

Harga komoditas bahan bakar itu semakin memburuk setelah kebijakan pengetatan pergerakan diterapkan pemerintah di berbagai negara pada kuartal pertama dan kedua tahun 2020.

Kebijakan itu mengakibatkan permintaan terhadap minyak mentah dari berbagai negara dunia melemah, sehingga harga komoditas mutiara hitam itu terus merosot.

Baca juga: Rusia Berharap Joe Biden Tak Ganggu Pasar Minyak Dunia

Puncaknya, harga minyak mentah WTI sempat berada di level negatif atau di bawah 0 dollar AS per barrel pada April 2020.

Harga minyak jenis WTI untuk pengiriman Mei 2020 pada perdagangan 20 April 2020 ditutup pada level minus 37,63 dollar AS per barrel, anjlok 300 persen dari sesi perdagangan sebelumnya yang berada di level 17,85 dollar AS.

Anjloknya harga minyak mentah ke level negatif tersebut merupakan yang pertama kalinya sepanjang sejarah.

Selain itu, harga minyak yang berada di level negatif, membuat seolah-olah produsen terpaksa untuk membayar pembeli jika mengambil kelebihan pasokan minyak yang sudah tidak dapat ditampung lagi.

Mengapa harga minyak bisa minus?

Secara singkat, Setelah permintaan bahan bakar di seluruh dunia anjlok karena pandemi corona dan kebijakan lockdown yang diberlakukan di berbagai negara.

Akibatnya, pasar mengalami kelebihan suplai, sehingga semua tempat penyimpanan minyak penuh.

Baca juga: Varian Baru Covid-19 Bikin Harga Minyak Merosot

Setelah itu, para pelaku pasar berebutan menjual pasokan minyak yang berlebihan, sehingga akhirnya harga berada di bawah nol di pasar berjangka untuk kontrak bulan Mei.

Pergerakan harga minyak mentah WTI

Apabila dijelaskan lebih detail, harga minyak mentah per barrel bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti pasokan, permintaan, dan kualitas.

Pasokan bahan bakar telah jauh di atas permintaan sejak virus corona memaksa miliaran orang untuk berhenti bepergian.

Karena kelebihan pasokan, tangki penyimpanan untuk minyak jenis WTI menjadi sangat penuh sehingga sulit untuk menemukan ruang kosong.

Administrasi Informasi Energi AS sempat mengatakan, pada pekan pertama April 2020, kapasitas penyimpanan di Cushing, Oklahoma, jantung dari jaringan pipa AS, telah terpakai sebesar 72 persen dari total kapasitas pada 10 April 2020.

Sehingga, ketika harga minyak mentah minus satu dollar AS maka, konsumen dibayar sebanyak satu dollar AS jika ingin membeli minyak dari lokasi tersebut.

Baca juga: Target Produksi 1 Juta Barel Minyak, Menteri ESDM Tekankan Pentingnya Transformasi Hulu Migas

Selain itu, penurunan harga sebagian karena cara minyak diperdagangkan. Kontrak berjangka adalah untuk 1.000 barrel minyak mentah, dikirim ke Cushing, di mana perusahaan energi memiliki tangki penyimpanan dengan kapasitas sekitar 76 juta barel.

Setiap kontrak diperdagangkan selama sebulan, dengan kontrak Mei akan berakhir pada tanggal 21 April 2020.

Investor yang memegang kontrak Mei tidak ingin melakukan pengiriman minyak dan membayar biaya penyimpanan, dan pada akhirnya harus membayar orang untuk mengeluarkan minyak dari tangan mereka.

Upaya OPEC perbaiki harga minyak

Melihat tren penurunan harga, Organisasi Negara Pengekspor Minyak beserta sekutunya atau OPEC+ langsung bergerak cepat dengan mengambil langkah melakukan pembahasan mengenai pemangkasan produksi minyak.

Baca juga: OPEC dan Rusia Sepakat Tingkatkan Produksi Minyak Mulai Januari 2021

Pembahasan yang telah dimulai sejak Maret itu berlangsung alot, ketika para negara produsen sempat tidak setuju untuk melakukan penurunan produksi minyak mentah.

Namun, pada April lalu OPEC+ akhirnya menemukan kesepakatan untuk memangkas produksi minyak hingga 9,7 juta barrel per hari. Tidak memakan waktu lama, pada 1 Mei lalu, kebijakan tersebut langsung dijalankan.

Semenjak kebijakan tersebut diterapkan, harga minyak pun terus merangkak naik.

Tren perbaikan harga pun terjadi seiring kebijakan pengetatan pergerakan mulai dikendorkan oleh negara-negara belahan dunia mulai awal kuartal tiga tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com