Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat dengan Mentan, Komisi IV DPR Soroti Naiknya Harga Kedelai dan Daging Sapi

Kompas.com - 25/01/2021, 13:47 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian melakukan rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI guna membahas program dan isu yang berkembang di sektor pertanian.

Rapat dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran Eselon I Kementan.

Dalam rapat tersebut, terdapat dua komoditas yang menjadi sorotan Komisi IV, yakni mahalnya harga kedelai dan daging sapi.

Baca juga: Polemik Pangan di Awal Tahun: Habis Kedelai, Terbitlah Daging Sapi

"Mencermati pasar pada minggu ini, terdapat dua komoditas pertanian strategis yang timbulkan polemik, yaitu kedelai dan daging sapi," ujar Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDIP Sudin dalam rapat, Senin (25/1/2021).

Sudin mengatakan, persoalan harga memang bukan menjadi ranah Kementan.

Namun, tetap saja kementerian teknis tersebut bertanggungjawab atas tingkat produksi dalam negeri.

Sebab, gejolak harga yang tengah terjadi tak lepas dari ketergantungan Indonesia akan impor kedua komoditas tersebut, mengingat tingkat produksi lokal yang rendah.

"Kalau kedelai Kementan tidak pernah dilibatkan dalam regulasi, tetapi tugasnya adalah memproduksi kedelai, apabila dananya cukup," kata Sudin.

Baca juga: Singgung Impor Bawang Putih hingga Kedelai, Jokowi: Subsitusi Harus Diselesaikan

Terkait daging sapi, lanjut Sudin, dalam tiga tahun terakhir anggaran yang dikeluarkan Ditjen Peternakan Kesehatan Hewan (PKH) jumlahnya terbilang cukup besar dibanding direktorat lain di Kementan.

Sayangnya, persoalan daging sapi tetap tak terselesaikan dan kenaikan terus terjadi berulang.

Menurut Sudin, hal ini turut mempertanyakan peranan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dalam mendorong produksi lokal.

"Timbul pertanyaan, bagaimana peranan Balitbangtan dalam kembangkan sapi potong? Pikirkan produksi sapi, bagaimana penggemukannya dan jenisnya apa. Kalau perlu impor bibit yang bagus, ya impor," ungkap dia.

"Kemarin saya bilang, jangan hanya fokus pada pengembangan benih cabai. Tapi pikirkan juga bagaimana bisa dapat mengembangan produksi kedelai dan juga sapi," tambah Sudin.

Baca juga: Importir Kedelai Minta Tak Dibebankan Kewajiban Membina Petani Lokal

Oleh sebab itu, Komisi IV berharap Kementan bisa merencanakan dan menjalankan program di 2021 dengan memperhatikan kondisi yang terjadi di lapangan.

Hal ini untuk memastikan efektivitas anggaran sehingga hasil dari program bisa maksimal bagi ketahanan pangan.

"Kegiatan harus benar-benar sesuai kebutuhan di lapangan, sehingga bisa dilaksanakan oleh petani. Begitu juga dengan penyaluran bantuan pemerintah, harus sesuai kebutuhan di daerah," kata Sudin.

Seperti diketahui, mahalnya kedelai dan daging sapi menjadi sorotan beberapa waktu terakhir.

Baca juga: Dorong Produksi Dalam Negeri, DPR Usul Importir Kedelai Bina Petani Lokal

Hal itu pun sempat memicu mogok produksi oleh perajin tahu dan tempe, serta mogok jualan oleh pedagang daging sapi.

Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) melakukan aksi mogok produksi pada 1-3 Januari 2021. Sementara, pedagang sapi di wilayah Jabodetabek mogok jualan pada 20-22 Januari 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com