JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menargetkan pembentukan Indonesia Battery Holding akan rampung di awal 2021 ini.
Nantinya, holding tersebut akan berisi empat BUMN energi, yakni MIND ID, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
“Kita sudah sepakati ada diskusi di antara empat perusahaan, sudah ada diskusi awal timelinenya semester I tahun ini mudah-mudahan sudah bisa berdiri,” ujar Pahala dalam diskusi virtual, Selasa (2/2/2021).
Baca juga: Chandra Asri Bangun Panel Surya Berkekuatan 554 MW/Jam di Banten
Pahala menambahkan, nantinya keempat BUMN tersebut akan membentuk satu perusahaan. Perusahaan yang dibentuk itu nantinya bisa melakukan joint venture dengan calon mitra strategis dari luar negeri.
“Mitra potensial bisa dari China, Korea Selatan Amerika Serikat dan Eropa, tetapi 3-4 negara ini yang kita anggap para pemain utama global yang bisa bawa uang, bawa teknologi, bawa pasar, sehingga apa yang diproduksi bagian value chain dari produksi ini bisa dikerjasamakan,” kata mantan Direktur Utama Garuda Indonesia itu.
Pahala menjelaskan, pembentukan Indonesia Battery Holding ini akan mengintegrasikan produk yang dihasilkan dari hulu ke hilir. Dengan begitu diharapkan Indonesia bisa menjadi pemain global dalam EV Battery.
“Kita cerita yang namanya value chain baterai, panjang sekali dari mining, refinery, cell, electornic storage,” ungkapnya.
Baca juga: RI Dapat Hibah Rp 704 Miliar dari Jepang, Dipakai untuk Bangun 6 Sentra Perikanan
Sebelumnya, Pemerintah melalui Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik berencana menciptakan industri baterai kendaraan listrik atau EV Battery dari hulu ke hilir. Ini dilakukan untuk mendorong ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) nasional.
Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahajana mengatakan, rencana pembangunan industri pembuatan hingga daur ulang baterai dengan kapasitas cell baterai sebesar 140 gigawatt hours (GWh), akan membutuhkan investasi sebesar 13,4 miliar dollar AS hingga 17,4 miliar dollar AS, atau setara Rp 187,6 triliun hingga Rp 243,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS).
“Indonesia memilki potensi terbesar di antara negara ASEAN , untuk membangun ekosistem industri EV,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (1/2/2021).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.