Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Solusi agar Percaya Diri dengan Karya Sendiri | Tantangan Wikipedia Jawa | Ajukan "Widerspruch" jika Ditolak Perguruan Tinggi di Jerman

Kompas.com - 10/03/2021, 21:01 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Bisa dibilang kepercayaan diri adalah masalah umum yang dialami semua orang pada fase-fase awal berkarya.

Padahal, kepercayaan diri menjadi penting agar setiap karya yang dihasilkan dapat terus berkembang dan menelurkan banyak karya.

Untuk mengatasi ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan, antara lain dengan fokus dengan karya.

Awal memulai berkarya wajar mendapat banyak kritik bahkan cacian. Namun fokus untuk terus berlajar serta evaluasi jauh lebih penting.

Hal lainnya yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya adalah dengan membayangkan segala cita-cita kita akan menjadi nyata di kemudian hari. Lagi pula tidak ada salahnya membayangkan mimpi kita menjadi kenyataan.

Selain membahas solusi untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam berkarya, masih ada pembahasan menarik lainnya seperti tantangan Wikipedia Jawa dan beasiswa di Jerman.

Berikut 4 konten terpopuler di Kompasiana yang ada pada sub-kategori Edukasi:

1. Tidak Percaya Diri dengan Karya Sendiri? Semoga Ini Bisa Jadi Solusi!

Kompasianer Mahestha Rastha menyatakan bersikap bodo amat dan fokus dapat menangkal rasa tidak percaya diri terhadap karya-karya yang kita buat.

Bersikap bodo aamat terkadang perlu dilakukan. Dengan catatan sikap ini ditujukan kepada mereka yang menjelekkan.

Sedangkan berfokus pada mereka yang menyemangati dan menghargai bisa menjadi motivasi untuk kita untuk terus berkarya.

"Tangan kita memang tidak bisa menutup mulut semua orang, tapi tangan ini bisa menutup telinga sendiri, mengabaikan omongan mereka, dan fokus melangkah ke depan," tulisnya.

Baca selengkapnya di sini

Tantangan Wikipedia Jawa di Tengah Masifnya Arus Budaya Populer

Wikipedia Jawa tidak hanya memberikan informasi mengenai istilah Bahasa Jawa, tetapi juga memberikan konten yang disertakan dengan aksara Jawa.

Hal tersebut tidak hanya membuat pembacanya mengerti arti dari istilah tersebut tetapi juga bisa sekaligus belajar penggunaan aksara jawa dan cara membacanya.

Namun Wikipedia Jawa juga memiliki tantangannya tersendiri, terlebih di tengah budaya populer dan modern seperti saat ini.

Faktor penyebab masyarakat mulai enggan menggunakan bahasa Jawa bisa saja disebabkan karena dari awal seseorang tidak pernah dibekali dan dilatih untuk berbicara menggunakan bahasa Jawa. Itulah mengapa kita tidak serta merta bisa melempar kesalahan kepada mereka yang tidak bisa berbicara bahasa Jawa.

Mungkin juga, alasan seseorang enggan menggunakan bahasa Jawa karena sulit untuk mempelajarinya dan dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca selengkapnya di sini

3. Jangan Kecewa Dulu, Ajukan "Widerspruch" jika Tidak Diterima di Perguruan Tinggi Jerman

Perguruan Tinggi di Jerman membuka peluang bagi calon mahasiswa yang melamar dan tertolak untuk mengajukan keberatan atau gugatan. Dalam bahasa Jerman istilah itu disebut "widerspruch".

Pelamar yang terterima maupun tertolak nantinya akan diberikan surat pemberitahuan bahwa pelamar belum diterima di perguruan tinggi tersebut. Kemudian di akhir surat pemberitahuan, baik diterima atau ditolak, selalu ditulis informasi tentang hak pelamar.

Umumnya tenggat waktu yang diberikan untuk mengajukan keberatan adalah satu bulan sejak surat pemberitahuan diterima.

Kalau ada widerspruch dan ternyata ada pelamar yang tidak jadi mengambil prodi tersebut karena diterima di perguruan tinggi lain, maka tentu saja pelamar lain yang mengajukan widerspruch akan diterima.

Namun, bagaimana kalau "widerspruch" pun ditolak?

Baca selengkapnya di sini

4. Setahun Bersama Corona Menjadikan Guru Lebih Kreatif

Rupanya ada sisi positif dari kondisi pandemi seperti sekarang ini. Salah satunya membuat seorang guru menjadi lebih kreatif.

Kompasianer Tati Ajeng Saidah menyebutkan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru untuk mengatasi kejenuhan usai melakukan segudang aktivitas mengajar, antara lain adalah bercocok tanam.

"Selain menanam sayuran dengan teknik hidroponik, di sekolah juga menanamnya di dalam polybag," kata kompasianer Tati.

Selain bercocok tanam, menulis juga menjadi kegiatan lain para guru. Dikatakan Kompasianer Tati, tak sedikit guru yang mengikuti lomba karya tulis, seperti cerpen.

Baca selengkapnya di sini

(IBS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com