Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandiri Spending Index: Belanja Masyarakat di Awal 2021 Membaik

Kompas.com - 16/03/2021, 15:24 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai salah satu indikator penting untuk melihat arah perekonomian nasional, tren belanja masyarakat di awal tahun ini mengindikasikan adanya perbaikan, jika dibandingkan periode prapandemi di 2020.

Hasil kajian khusus Mandiri Institute memperlihatkan, nilai belanja masyarakat saat ini berada 4,6 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari 2020 (base). Sementara frekuensi belanja 16,7 persen lebih tinggi, dimana kenaikan ini juga terkonfirmasi melalui data mobilitas yang direkam melalui data Google.

Menurut Kepala Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, pihaknya melakukan kajian khusus mengenai tren belanja masyarakat dengan memanfaatkan high-frequency transaction data.

Baca juga: Studi: Saat Pandemi, Masyarakat Lebih Senang Belanja Produk Lokal dan Online

“Kami mengembangkan Mandiri Spending Index yang memperhitungkan komposisi belanja berdasarkan sub-kategori belanja, seperti supermarket, restoran, household, fashion dan lain sebagainya. Komposisi ini digunakan sebagai pembobot untuk menyusun indeks belanja yang dapat membantu pemerintah dan sektor usaha untuk mengamati pergerakan belanja masyarakat Indonesia sejak awal 2020 hingga saat ini,” kata Yudo dalam keterangan resmi, Selasa (16/3/2021).

Indeks belanja mengalami perbaikan di hampir seluruh wilayah, kecuali daerah pariwisata seperti Bali dan DI Yogyakarta.

Catatan terakhir menunjukkan bahwa Mandiri Spending Index di Bali masih berada di posisi 39,4 dari posisi sebelum pandemik. Hal ini membutuhkan perhatian khusus, terutama untuk menghindari adanya ketimpangan dalam pemulihan ekonomi.

Dia juga mengatakan, ada beberapa faktor yang masih dapat menahan tren perbaikan belanja masyarakat, antara lain pembatasan mobilitas/aktivitas masyarakat yang berpotensi menekan aktivitas ekonomi dan belanja. Selain itu, masih relatif tingginya penularan COVID-19 juga dapat menahan keinginan masyarakat untuk berbelanja, meskipun tampaknya ada penurunan tingkat penularan COVID-19 belakangan ini.

Ketidakstabilan pemulihan belanja masyarakat juga didorong oleh perilaku kelompok menengah atas yang masih menahan belanja, terutama untuk kategori belanja tertentu. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih rendahnya keyakinan kelompok masyarakat ini dalam melakukan mobilitas, termasuk berbelanja, secara aman.

Baca juga: Pulihkan Perekonomian, Pemerintah Fokus Dorong Konsumsi Masyarakat

 

Selain itu ketidakpastian ekonomi membuat pola belanja kelompok ini belum kembali ke era prapandemi.

“Oleh karena itu, pengendalian COVID-19 dan distribusi vaksin yang cepat akan menjadi kunci untuk mengembalikan keyakinan masyarakat, terutama kelompok menengah atas. Hal ini akan menjadi pendorong besar pertumbuhan konsumsi di Indonesia. Di samping itu, memastikan mobilitas masyarakat dapat kembali meningkat dengan aman sangat penting untuk menahan pelemahan belanja di wilayah-wilayah yang sangat bergantung pada tingkat kunjungan masyarakat (sektor pariwisata), misalnya Bali dan DI Yogyakarta,” kata Yudo

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com