Pada Tesla jangka panjang itu ya hari ini. Meminjam istilah Prof Rhenald Kasali, Tesla menganut idiologi tomorrow is today, masa depan itu hari ini.
Kedua, Toyota percaya pada proses. Oleh karena itu proses inovasi harus lengkap, akurat, terolah, teruji dan tuntas. Baru produk diluncurkan ke konsumen.
Ibarat aliran musik, Toyota adalah penganut musik klasik. Sementara Tesla menganut paham improvisasi seperti layaknya musik jazz. Harmoni produk justru diperoleh ketika produk meluncur di pasar dan dipakai konsumen.
Ketiga, dalam berinovasi konsep harus komprehensif. Semua unsur yang terkait dalam proses inovasi harus bersinergi sehingga ketika pelaksanaan sudah terorkestrasi dengan baik.
Dalam bahasa lain, berpikir duluan bertindak belakangan. Ini dipakai oleh Toyota.
Prinsip Tesla kebalikannya. Yang penting konsep besarnya sudah ada. Ketika menjalankan proses inovasi itu justru akan ditemukan cara-cara baru yang justru bisa lebih cepat penyelesaiannya, bahkan lebih cemerlang hasilnya daripada konsep besarnya.
Bertindak duluan, berpikir menyusul kemudian.
Toyota sudah berumur sangat panjang dan kinerjanya sudah terbukti. Toyota sukses berkelanjutan. Hanya saja zaman tidak sekadar berubah namun sudah disrupsi. Hal lama menjadi tidak relevan karena muncul pasar baru.
Sementara Tesla baru anak kemarin sore. Hari ini memang sukses gemilang. Namun belum terbukti berkelanjutan.
Mana yang lebih unggul strategi inovasi model Toyota atau ala Tesla? Sepenggal syair yang dipopulerkan Ebiet G Ade tahun 80-an tepat untuk menjawab pertanyaan ini, “Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.