Oleh: Dian Gemiano*
BEBERAPA waktu lalu, saya berkesempatan diwawancara oleh sebuah majalah marketing Indonesia untuk membahas usaha-usaha yang dilakukan Kompas.com dalam area marketing, branding, dan product development.
Dalam wawancara itu saya dan sang jurnalis mendiskusikan isu-isu industri media digital di Indonesia.
Lalu muncul satu pertanyaan yang sebenarnya sudah sering saya diskusikan dengan kawan-kawan pelaku industri media Indonesia. Namun kali ini pertanyaan yang sama itu membuat saya berkontemplasi lebih lama.
Baca juga: VIK Virion Kompas.com Raih Perak di AAAS Kavli Science Journalism Awards 2020
Pertanyaan sang jurnalis adalah, “Bagaimana masa depan media digital di Indonesia?”
Mungkin saya jadi banyak pertimbangan utuk menjawab karena yang bertanya adalah seorang jurnalis yang memiliki pengaruh besar terhadap opini publik.
Atau, mungkin juga karena dalam dua tahun terakhir ini lebih banyak fakta terkuak bahwa terdapat elemen-elemen kontradiktif antara pertumbuhan industri media digital yang sangat optimistis secara makro atau agregat dibanding dengan tantangan bisnis media digital secara mikro.
Dari sudut pandang makro, proyeksi pertumbuhan media digital dapat dilihat dari data pertumbuhan periklanan digital di Indonesia karena lebih dari 80 persen kontribusi revenue media digital dihasilkan dari model bisnis periklanan.
Menurut data E-Marketer di tahun 2020, total belanja iklan digital di Indonesia adalah sebesar 658,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 9,5 triliun dengan proyeksi pertumbuhan dalam 5 tahun ke depan berada di angka rerata 12,2 persen setiap tahunnya.
Pertumbuhan tersebut didapat dari beberapa format iklan digital utama yaitu display ad, search ad, dan classified ad.
Baca juga: Hari Pers Nasional, Media Massa Diminta Tak Abaikan Data hingga Perkuat Kerja Sama
Jika dilihat dari angka agregat tersebut, maka kita bisa lihat betapa cerahnya masa depan media digital di Indonesia dengan asumsi bahwa pertumbuhan periklanan digital tadi akan bisa dinikmati oleh perusahaan-perusahaan media digital kita.
Namun untuk memvalidasi proyeksi pertumbuhan itu, kita perlu lihat lebih detail di level operasional perusahaan media digitalnya itu sendiri agar bisa lebih yakin bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan media digital mampu menyerap potensi bisnis yang ada di masa depan.
Berikut ini adalah realitas-realitas penting dalam operasional media digital yang berkaitan dengan periklanan digital:
Jejak awal periklanan programmatic bisa kita telusuri sejak tahun 2000 ketika Google meluncurkan platform Iklan Adwords – sebuah platform iklan baris berbasis pencarian kata kunci di mesin pencari Google.
Tahun 2013 perusahaan yang sama memperkenalkan AdSense atau biasa juga disebut Google Display Network (GDN) – sebuah platform iklan digital berbasis banner atau display yang diletakkan di seluruh website di seluruh dunia dalam jaringan Google.