Teknologi secara faktual dan gradual merubah langgam orang dalam berkomunikasi. Terlebih disaat pandemik, keberadaan ICT telah secara jelas mengambil peran dalam perubahan kehidupan sosial.
Dari mulai pesanan untuk kebutuhan dapur hingga mendukung pekerjaan kantor, semua going virtual. Semua bisa dilakukan dari jarak jauh, namun tidak perlu aktivitas berpergian jauh. “Teknologi yang memungkinkan tindakan dari jarak jauh,” tulis Amit Pinchevski di Southern Communication Journal.
Seorang sosiolog, Danah Boyd, mendeskripsikannya apa yang dia sebut "empat keterjangkauan" yang diizinkan oleh media sosial.
Pertama, ketekunan, yang mengacu pada daya tahan atau kelanggengan dalam memproduksi konten online.
Kemudian, kedua, visibility atau audiens potensial yang tidak terbatas untuk berkomunikasi. Ketiga, penyebaran, mengacu pada kemudahan orang untuk berbagi pesan.
Keempat, searchability, yaitu kemampuan yang memungkinkan orang menemukan segala macam pesan.
Mesin pencari atau Search Engine Optimizer (SEO) telah banyak membantu kita dalam menemukan banyak hal baru. Namun demikian, para pembawa pesan dan pembuat konten harus memahami bahwa ketekunan dalam menghasilkan produk akan menentukan positioning sebuah produk dalam ruang virtual.
Semakin segmented sebuah produk maka akan semakin khas permintaannya. Fuad mengambil ceruk pasar (niche market) menggambar motor secara digital, yang mungkin belum banyak orang menekuni pilihan profesi tersebut di desanya.
Dia masuk kedalam ruang kompetisi yang relatif bebas. Berjuang keras dan cerdas secara bersamaan.
Adapun terkait visibility, dengan adanya media sosial membuat setiap orang dapat terhubung satu sama lain. Dibutuhkan peran sentral dan gagasan penting dalam proses interaksi di dunia digital.
Bukan hanya menghimpun yang terserak, namun juga secara aktif mampu merumuskan pesan dan produk terbaik.
Agar pada akhirnya kekuatan besar di media sosial tidak hanya kompak menghujat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) atau menyerang Microsoft via media sosial, namun juga secara penetratif mengahasilkan dominasi industri kreatif yang melekat kuat dalam interaksi masyarakat secara global.
Baca juga: Presiden BWF Mohon Maaf kepada Indonesia, Akui Menyesal dan Ikut Kecewa
Penyebaran, mengacu pada kemudahan orang untuk berbagi pesan. Maka perlu didorong cloud system yang memungkinkan setiap pelaku industri kreatif mendapatkan akses terbaik ketempat terbaik. Meskipun dia ada di desa dan terpencil negeri ini.
Penerapan kebijakan 3T (Terluar, Terdepan, Tertinggal) dalam pengembangan SMD harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Karenanya pemerintah harus mengambil peran aktif dalam hal ini, agar pada akhirnya kehadiran best practice dan success story dari desa dapat semakin menginspirasi banyak anak muda Indonesia. Tanpa perlu ada urbanisasi dari desa ke kota secara massif.