Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pataka Beberkan 3 Potensi Penyelewengan Pelaksanaan Program di Sektor Pertanian

Kompas.com - 10/05/2021, 21:08 WIB
Elsa Catriana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) membeberkan ada 3 potensi penyelewengan pelaksanaan program di sektor pertanian, diantaranya adalah berkaitan dengan bantuan benih/bibit, bantuan pupuk, dan bantuan alat mesin pertanian (alsintan).

Ketua Pataka Ali Usman mengatakan, berkaitan dengan bantuan benih atau bibit, Kementerian Pertanian mendapatkan tambahan pagu anggaran sebesar Rp 4,19 triliun untuk pandemi Covid-19 dan dengan begitu pagu anggaran kementerian menjadi Rp 19,71 triliun.

Anggaran ini pun telah dialokasikan untuk berbagai kebutuhan seperti untuk pengadaan benih sebesar Rp 1,54 triliun, bibit ternak sebesar Rp 165 miliar dan banyak lainnya.

Baca juga: Kemenko Perekonomian Ingin Anggaran Pertanian Ditingkatkan, Ini Alasannya

Dia menilai kemampuan penyerapan anggaran saat ini sangat minim dengan waktu yang singkat dan belum lagi kurangnya transparansi.

"Hal inilah yang menurut kami akan memberikan potensi penyelewengan, kami memberikan peringatan ke pemerintah agar berhati-hati , sehingga program bantuan tersebut bisa terlaksana, apabila Kementerian Pertanian tidak berhati-hati dan tidak serius, maka program pelaksanaan ini rawan penyelewengan," ujarnya saat konferensi pers secara virtual, Senin (10/5/2021).

Lalu yang kedua berkaitan dengan pupuk bersubsidi yang diperuntukkan bagi petani yang tergabung dalam kelompok tani, terdaftar dalam sistem elektronik rencana defenitif kebutuhan kelompok tani ( e-RDKK). Pemerintah juga telah menaikkan harga pupuk subsidi.

Dia berpendapat ada beberapa modus penyelewengan yang terjadi seperti kemasan pupuk yang diganti, penyebaran isu kelangkaan pupuk hingga penyeludupan fisik dan administrasi.

Baca juga: Ekspor Maret 2021 Tembus 18,35 Miliar Dollar AS, Pertanian Jadi Penopangnya

"Ada juga pemalsuan kuota kebutuhan di daerah, sehingga pergeseran stok dari daerah yang harganya murah ke daerah dengan harga lebih tinggi. Jangan sampai harga eceran tertinggi untuk pupuk bersubsidi, lolos bagi oknum-oknum yang dengan mudah memainkan harga," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com