Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[TREN EKONOMI KOMPASIANA] Masa Depan Pekerjaan Hybrid | Kisah Warung Gerobak Pinggir Jalan | Pergeseran "Dine-in" Usaha Kuliner

Kompas.com - 21/06/2021, 18:12 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA---Kini sudah banyak perusahaan mengadopsi skema kerja hybrid. Maksudnya, seorang karyawan bisa melakukan pekerjaan dari rumah sekaligus tetap bisa bekerja dari kantor --walau terbatas.

Ini merupakan tantangan dunia kerja saat ini, maka kita bisa perlahan untuk ikuti dan adaptasi.

Fleksibilitas dalam bekerja memang jadi keuntungan yang didapat dari skema kerja hybrid ini, tetapi kita tetap bisa menjaga performa.

Barangkali karena tidak bertemu secara langsung jadi penyebabnya, sehingga pengawasan maupun pekerjaan jadi kadung terlalu santai.

1. Menatap Masa Depan Pekerjaan Hybrid

Masa depan pekerjaan akan lebih hybrid. Sebelum krisis Covid-19, sebagian besar organisasi mengharuskan insan perusahaan untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat kerja.

Tantangan dalam skema kerja hybrid ini juga tengah dipersiapkan kepada perusahaan-perusahaan melatih manajer untuk kepemimpinan jarak jauh.

Sebagai contoh dengan membayangkan kembali proses, dan dengan memikirkan kembali bagaimana membantu insan perusahaan berkembang dalam peran mereka.

Tetapi ketika pandemi mereda skema pekerjaan hybrid ini akan menjadi jauh lebih umum.

"Ketika para eksekutif berupaya mempertahankan peningkatan produktivitas gaya pandemi dengan model hybrid," tulis Kompasianer Merza Gamal. (Baca selengkapnya)

2. Warung Gerobak Pinggir Jalan, Modal Amblas Sehabis Lebaran

Kompasianer Irwan Rinaldi menceritakan bagaimana seorang pedagang kecil yang mangkal dekat rumahnya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Tempat berdagangnya berupa kotak yang ada roda di bawahnya, Kompasianer Irwan Rinaldi menyebut itu sebagai warung gerobak.

Nah, sudah sejak seminggu sebelum lebaran yang lalu hingga ketika ditemui teronggok begitu saja, menempel ke pagar sebuah rumah. Kotak itu dalam keadaan tertutup dan terkunci.

Setelah bertanya dan mengobrol beberapa saat, akhirnya pedagang tersebut bercerita kalau kehabisan modal karena digunakan untuk pulang kampung.

"Terkadang saya melihat bukan soal tak ada uang yang jadi masalah. Namun, cara menggunakannya yang kurang pas," tulisnya. (Baca selengkapnya)

3. Cara Menyiasati Pergeseran "Dine-in" ke "Take Away" dalam Usaha Kuliner

Pandemi yang belum diketahui ujungnya, pelan-pelan menyingkirkan pendekatan offline dalam berbisnis kuliner.

Saat ini, tulis Kompasianer Budi Susilo, kekhasan seperti, lokasi, rancangan interior, pelayanan, dan seterusnya tidak lagi menjadi unique selling.

Perubahan seperti ini harapannya tentu terjadi pergeseran perilaku pencarian kuliner, dari kebiasaan dine-in menjadi take away.

Belakangan pelaku usaha restoran dan kafe menyiasati belum terkendalinya pandemi dengan melakukan penjualannya.

"Menyikapi pergeseran itu, sebagian pengusaha kuliner beradaptasi. Mereka menyiasati, sekaligus demi mengurangi kemerosotan pendapatan, dengan menempuh cara lainnya," tulis Kompasianer Budi Susilo. (Baca selengkapnya)

***

Simak beragam konten menarik lainnya seputar finansial dan bisnis di Kompasaina pada kategori Ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com