Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakteri Kebal Antibiotik Ditemukan pada Daging Ayam, Ini Respons Peternak

Kompas.com - 19/07/2021, 11:40 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peternak yang tergabung dalam DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) buka suara terkait temuan World Animal Protection dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), soal penemuan bakteri kebal antibiotik pada daging dan sekum (bagian usus) ayam broiler di sejumlah rumah potong hewan unggas dan gerai penjualan.

Ketua DPP Pinsar Singgih Januratmoko mengatakan, temuan tersebut tidak menunjukan persentase daging ayam yang terkontaminasi bakteri kebal antibiotik. Ini membuat penilaian, seluruh peternak menggunakan antibiotik.

"Padahal masih banyak peternak yang tidak menggunakan antibiotik, sesuai arahan Kementerian Pertanian," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (19/7/2021).

Baca juga: Bakteri Kebal Antibiotik Ditemukan pada Daging Ayam, Apa Dampaknya ke Konsumen?

Singgih mengklaim, seluruh peternak yang tergabung dalam DPP Pinsar sudah tidak lagi menggunkan antibiotik. Larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam disebut telah dilaksanakan dan ditaati secara seksama oleh peternak.

"Bahkan pelaksanaannya diawasi sangat ketat oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beserta jajarannya," ujarnya.

Lebih lanjut Ia menyanyangkan keputusan YLKI yang turut ambil andil dalam temuan bakteri kebal antibiotik pada ayam. Menurutnya, langkah tersebut tidak mendukung operasional peternak.

"Kami menganggap YLKI tidak ambil bagian dalam membangun usaha-usaha peternakan rakyat," kata dia.

Sebelumnya, YLKI mengungkapkan hasil studi yang dilakukan bersama World Animal Protection, dan Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS).

Campaign Manager World Animal Protection Rully Prayoga mengatakan, hasil pengujian di laboratorium menemukan adanya E.coli pada sampel sekum di rumah potong ternyata sudah kebal dengan lima jenis antibiotik yang diuji yaitu meropenem, sulfametoksazol, colistin, siprofloksasin, dan kloramfenikol.

Baca juga: Kemendag Godok Harga Acuan Ayam Hidup

Bila produk yang mengandung bakteri resisten dikonsumsi manusia, hal itu akan mengurangi kemampuan antibiotik untuk mengobati penyakit, memperpanjang pengobatan dan meningkatkan risiko kematian manusia.

"Infeksi yang kebal antibitik dapat menyebabkan kesakitan lebih lama, frekuensi rawat inap yang meningkat, dan kegagalan pengobatan yang dapat mengakibatkan kematian," ungkapnya dalam konferensi pers virtual.

Sementara itu Ketua YLKI Tulus Abadi mengatakan, hasil studi ini menunjukkan bahwa kontaminasi bakteri resisten terhadap antibiotik dapat terjadi di tiap tahapan dalam rantai pangan.

"Dan publik harus memantau pernyataan ini dari waktu ke waktu. Kami berharap mereka juga membawa komitmen pada kesejahteraan yang tinggi sebagai solusi jangka panjang," ujarnya.

Baca juga: Risau Peternak Lokal dengan Serbuan Impor Ayam dari Negeri Samba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com