Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Aulia

Awardee Program Doktoral LPDP, Analis Kementerian Keuangan

Menimbang Risiko dan Manfaat Utang Pemerintah di Era Pandemi

Kompas.com - 02/08/2021, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Upaya Indonesia untuk keluar dari jebakan negara middle-income trap menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19.

Beberapa isu yang muncul antara lain ketimpangan akses belajar daring yang berisiko learning loss, ancaman malnutrisi dan stunting di kalangan anak-anak yang rentan (UNICEF, 2020), hingga tren naiknya ketimpangan pengeluaran penduduk.

Masalah ini dikhawatirkan mengubah segmen usia produktif sebagai beban, alih-alih menjadi dividen demografi dalam dekade ke depan.

Baca juga: Penyebaran Covid-19 Masih Tinggi, Kebijakan Penarikan Utang Pemerintah Disoroti

Pada Rapat Paripurna DPR akhir Mei lalu, Menteri Keuangan menegaskan peran APBN 2020 bekerja sangat keras melindungi keselamatan rakyat dan memitigasi goncangan ekonomi melalui kebijakan counter cyclical.

Belanja Negara TA 2020 (audited) tercatat Rp 2.595,5 triliun (tn), atau melonjak 12,4 persen dari realisasi tahun 2019; bandingkan dengan kenaikan belanja TA 2019 yang hanya 4,3 persen dari tahun sebelumnya.

Melalui belanja yang ditujukan untuk menangani dampak pandemi tersebut, efek negatif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat diharapkan dapat ditekan.

Pengucuran stimulus nyaris tak terelakkan di berbagai negara maju maupun berkembang.

Sebagai contoh, di awal 2021, Presiden Biden menandatangani UU “The American Rescue Plan” senilai 1,9 triliun dollar AS yang diharapkan men-jump start ekonomi AS.

Sementara itu, jiran kita Malaysia di tahun ini tercatat telah empat kali mengesahkan paket stimulus sekitar Rp 784 triliun yang digunakan antara lain untuk hibah UKM dan transfer tunai bagi golongan rentan.

Sebenarnya apa dampak stimulus jumbo bagi perekonomian di masa resesi? Mengutip Canagarajah dan Brownbridge dari Bank Dunia (2021), kebijakan counter cyclical yang efektif diharapkan memperpendek periode resesi.

Bahkan, kebijakan stimulus dapat berdampak positif bagi kesinambungan fiskal di masa depan.

Pengucuran stimulus fiskal saat resesi akan memperbaiki posisi rasio utang pemerintah dalam jangka panjang. Ini dapat terjadi dengan catatan stimulus memiliki efek multiplier signfikan sehingga akan menekan efek hysteresis dan memperbaiki output riil yang akhirnya memperbaiki kinerja penerimaan dalam jangka panjang.

Baca juga: Pemda Lelet Bayar Insentif Nakes, Sri Mulyani: Segera Cairkan

Bagaimana Indonesia?

Sejauh ini program stimulus berada dalam koridor melindungi masyarakat dari wabah sekaligus memperbaiki fundamental ekonomi yang terganggu akibat pandemi.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) TA 2020 untuk kesehatan terealisasi Rp 62 triliun. Ini adalah komitmen Pemerintah untuk memberikan insentif bagi tenaga kesehatan, menanggung biaya perawatan pasien Covid-19, dan menyediakan vaksin gratis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com