JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Utama PGN, Arcandra Tahar mengatakan bahwa gas bumi akan tetap menjadi energi strategis meski berkembangnya energi baru terbarukan seperti panas bumi, angin dan matahari.
Gas bumi juga akan memiliki peran sentral dalam proses transisi energi dari energi fosil menuju energi baru yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Ia mencontohkan, peran gas bumi di tengah upaya pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap.
Baca juga: Jakpro Gandeng PGN Bangun Infrastrktur Gas Bumi di Jakarta
Dengan harga gas yang lebih kompetitif, kombinasi gas bumi dan PLTS akan lebih efisien daripada penggunaan baterai.
"Secara komersial mestinya penggunaan gas bumi dalam pengembangan PLTS akan lebih kompetitif daripada penggunaan baterai. PGN dapat membangun sinergi dengan PLN untuk menjalankan strategi ini," ujar Arcandra melalui keterangan tertulis, Senin (13/9/2021).
Ia juga yakin bahwa pasar gas bumi masih sangat lebar. Eks Wakil Menteri ESDM ini menambahkan, kebijakan sejumlah negara untuk beralih ke energi baru terbarukan harus dicermati dengan baik.
Terutama berkaitan dengan upaya pemenuhan zero carbon di tahun 2050 oleh sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.
AS bersama Uni Eropa, Jepang dan Korea sudah memiliki komitmen untuk mencapai zero emisi pada tahun 2050, sekitar 29 tahun lagi.
Baca juga: Kelola 97 Persen Infrastruktur Gas Bumi, PGN Siapkan Infrastruktur Terintegrasi
Sebagai usaha mewujudkan komitmen itu, Uni Eropa dan beberapa negara tersebut sudah mulai fokus pada pengembangan renewable energy.
Karena itu penting diperhatikan adalah mempersiapkan masa transisi menuju renewable energy.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.