Tugas pimpinan perusahaan melalui pengelola sumber daya manusia (SDM) adalah mengingatkan setiap individu dalam organisasi bahwa mereka harus sesekali mengambil jarak dari pekerjaan.
“We can make workers comfortable enough to pause, take a breath and step back for a little while.”
Work from home (WFH) membuat kita selalu berada dekat dengan anggota keluarga sehingga kebutuhan berlibur bersama mereka terasa tidak begitu mendesak. Padahal, saat bekerja di rumah, kebanyakan dari kita berada dalam mode always-on schedule.
Tanpa kita sadari, keadaan ini menyebabkan ketegangan meningkat. Pergi berlibur dengan anak-anak dan menjauh dari pekerjaan dapat berdampak positif dan menyegarkan pikiran kita.
Di sinilah perusahaan perlu memikirkan program-program yang dapat membawa para karyawan keluar dari rutinitas kerja yang sekarang tidak berbatas ini, seperti olahraga bersama dan trekking.
Perusahaan juga bisa mendorong karyawan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan hobi, seperti kursus memasak, home decorating, atau berkebun.
Baca juga: Waspada Burnout Pekerjaan, Kenali 4 Gejalanya
Atasan dapat mengedarkan kalender cuti kepada setiap anggota timnya untuk mendorong mereka yang enggan berlibur mengambil cuti karena melihat teman yang lain sudah mengajukan jadwalnya. Membagikan voucer salon kepada karyawan perempuan sehingga dengan sendirinya mereka dapat menikmati me time dan melupakan pekerjaan juga bisa dilakukan.
Pada masa pandemi ini, merancang liburan sebenarnya juga membangkitkan ketegangan. Sebab, sebelum menentukan tujuan, kita harus mencari tempat yang berzona hijau dan melakukan beragam persiapan protokol kesehatan agar perjalanan tidak berbuah bencana.
Namun, sebenarnya liburan tidak berarti harus bepergian ke suatu tempat rekreasi. Sekadar lepas dari pekerjaan secara total sudah dapat digolongkan sebagai liburan. Mengeksplorasi tempat-tempat menarik di sekitar rumah pun dapat menjadi salah satu pilihan menyegarkan yang bisa kita lakukan.
Ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan saat liburan. Pertama, kita perlu menentukan waktu untuk dapat benar-benar disconnect dari kantor.
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Burnout, Tak Selalu Berhenti Kerja
Untuk menjaga tata krama, kita tentunya perlu membuat pesan otomatis di e-mail kita mengenai durasi waktu berlibur dan rekan yang dapat dihubungi bila memerlukan tanggapan segera. Kita juga perlu mempersiapkan beragam informasi, termasuk data mengenai pekerjaan agar tidak menyusahkan rekan kerja yang ditinggal.
Terkadang, kita memang tidak bisa memutuskan hubungan sampai 100 persen. Dalam hal ini, kita dapat membuat batasan-batasan seperti kapan akan membalas pesan-pesan yang mungkin memang membutuhkan tanggapan segera. Agar semua ini berjalan lancar, koordinasi, dan perencanaan, memang perlu dilakukan dengan saksama.
Satu hal yang pasti, kita perlu mewaspadai agar gejala burnout tidak terjadi pada diri kita, ataupun anggota tim. Dalam jangka panjang, kita juga perlu mempersenjatai diri dengan sense of fullfillment yang kuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.