KABAR terakhir tentang nasib dari Maskapai Penerbangan kebanggaan bangsa kita, Garuda Indonesia konon akan dipailitkan dan diganti perannya oleh Pelita Air Service. Langkah ini pasti banyak yang menyayangkan apabila benar benar sampai terjadi.
Kita semua sudah tahu bahwa kesulitan keuangan yang dialami oleh Garuda tidak hanya kali ini. Garuda sudah mengalami beberapa kali kesulitan keuangan. Cilakanya kesulitan keuangan yang terakhir sekarang ini belum sempat diatasi sudah keburu datang pandemi Covid-19 yang menghantam babak belur industri penerbangan di seluruh dunia.
Jadi, jangankan maskapai yang sedang sakit, yang tengah sehat wal afiat alias berjaya sekalipun hancur luluh lantak.
Kalau boleh berandai andai, maka bila tidak ada pandemi Covid-19 pasti masalah kesulitan keuangan di Garuda sudah selesai dan tinggal menunggu waktu saja beberapa lama untuk mengalami kesulitan keuangan kembali. Ini memang siklus musiman yang di alami maskapai penerbangan Garuda Indonesia dari waktu ke waktu.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Baca juga: Pemerintah Diam-diam Siapkan Maskapai Pelita, Andai Garuda Ditutup
Sederhana sekali, yaitu setiap saat Garuda mengalami kesulitan keuangan, maka yang dilakukan untuk mengatasinya adalah, menggelontorkan dana talangan dan mengganti tim manajemen.
Perusahaan kembali sehat dan kegiatan pun kembali normal, keuntungan besar pun datang mengalir, bahkan diselingi perolehan berbagai gelar yang membanggakan best ini best itu dan juga peningkatan prestise sebagai maskapai bintang 3 menjadi bintang 4 dan seterusnya.
Kita dibuat kagum dan sangat bangga menyaksikannya. Semua pihak memuji-muji Garuda yang ternyata mampu memperoleh keuntungan jutaan dollar AS. Sampai pada satu saat akan mengalami lagi hal yang serupa yaitu kesulitan keuangan.
Siklus yang sangat mudah untuk diriset dari data yang lengkap pada penggal waktu perjalanan Garuda 3 sampai 4 dekade terakhir.
Ibarat mengalami demam (kesulitan keuangan), Sang Garuda hanya memperoleh obat penurun panas untuk kemudian bergiat kembali. Penyakit sebenarnya sama sekali tidak dilacak, karena sudah cukup puas dengan obat penurun panas saja. Itu sebabnya maka sang demam datang lagi dan datang lagi. Obat penurun panas pun beraksi lagi untuk mengatasinya, keuntungan jutaan dollar AS pun diraih kembali. Serangkaian pujian dan penghargaan pun berdatangan kembali.
Dengan datangnya pandemi, maka jelas obat penurun panas tidak mempan lagi menyembuhkan demam Sang Garuda, maka dicarilah Garuda baru yang bernama Pelita. Apabila ini terjadi, maka kita akan memasuki babak baru maskapai penerbangan bernama Pelita.
Dengan perlakuan yang sama dalam mengelola Garuda dipastikan Pelita akan mengalami siklus yang lebih kurang sama, namun mungkin lebih canggih lagi menggunakan varian baru.
Pengalaman menangani Garuda dengan standar siklusnya pasti akan menyempurnakan pola pengelolaan penyakit demam di maskapai nasional yang baru ini. Pelita akan segera meraih keuntungan besar, dan memperoleh banyak pujian dari berbagai pihak.
Selanjutnya seperti biasa akan segera memperoleh pula berbagai penghargaan sebagai maskapai yang best ini dan best itu sampai gelar maskapai penerbangan berbintang 7 mungkin nantinya. Selanjutnya akan tiba pula masanya Sang Pelita akan mengalami “demam” (kesulitan keuangan) lagi.
Kesimpulan sementara adalah kita memang belum mampu mengelola sebuah maskapai penerbangan.