Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Perlu Setiap Orang Punya Asuransi?

Kompas.com - 07/11/2021, 19:27 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asuransi menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan keuangan. Lantaran asuransi digunakan sebagai upaya untuk menjamin finansial di masa depan, terutama jika terjadi musibah tak terduga.

Namun apakah memang setiap orang memerlukan asuransi?

Menurut Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andi Nugroho, keperluan investasi tergantung pada kebutuhan, kemampuan, dan keyakinan setiap orang. Maka ia menilai, tidak semua orang perlu memiliki asuransi.

Ia bilang, ada dua kemungkinan untuk seseorang tidak perlu memiliki asuransi, yakni punya cadangan dana yang besar atau punya keyakinan tersendiri bahwa tak perlu asuransi meski cadangan dana yang dimiliki tidak besar.

Baca juga: Berapa Biaya Asuransi Rumah dan Rumus Perhitungannya?

"Selama memang punya cadangan dana sedemikian besar yang memungkinkan ketika terkena kejadian buruk, seperti kecelakaan yang menyebabkan meninggal atau lumpuh, tapi yakin dana yang dimiliki bisa menjamin keluarga tidak kelaparan, anak masih tetap bisa sekolah, berarti enggak perlu asuransi," ujar Andi kepada Kompas.com dikutip pada Minggu (7/11/2021).

Di sisi lain, terdapat pula beberapa orang yang memiliki keyakinan bahwa tak perlu memiliki asuransi. Sebab mereka menilai walaupun terjadi kejadian buruk di masa depan nantinya, namun dia meyakini pertolongan Tuhan.

"Keyakinan bahwa 'walaupun terjadi sesuatu yang buruk, yang penting saya enggak akan repotin orang', atau 'walaupun mungkin keadaannya susah dan saya yakin Tuhan akan tetap menolong', itu berarti orang yang enggak perlu asuransi," kata dia.

"Karena memang ada orang-orang yang walaupun ada kejadian buruk menimpa dia, lalu jadi enggak bisa kerja dan penghasilannya terputus, hidupnya menjadi susah, tapi merasa baik-baik saja dengan itu, yah berarti belum butuh asuransi," lanjut Andi.

Baca juga: 6 Stigma Negatif yang Masih Melekat pada Asuransi

Meski demikian, bagi orang-orang yang tak memiliki cadangan dana yang besar atau tak masalah dengan memiliki asuransi, maka bisa menggunakan asuransi sebagai langkah untuk menjamin terjaganya finansial di masa depan.

Andi menilai, dari banyak jenis asuransi yang tersedia, setidaknya yang paling utama untuk dimiliki adalah asuransi kesehatan atau asuransi jiwa, atau bahkan lebih baik kombinasi keduanya.

"Tapi kalau ingin produk terpisah, saya menilai yang perlu dipentingkan lebih dulu itu asuransi kesehatan, minimal BPJS Kesehatan. Karena kemungkinan sakit itu lebih sering atau lebih besar dibandingkan kemungkinan langsung meninggal," jelasnya.

Ia menekankan, asuransi ibarat ban cadangan pada mobil. Ban cadangan tetap disediakan meski tentu dalam perjalanan tetap berharap bahwa ban tidak akan kempes atau bocor.

"Konsep asuransi ini kan mirip ban cadangan. Kita pasti berharap tidak akan kempes dan bocor, cuma kalau seandainya memang terjadi kempes atau kebocoran, kita dengan cepat mengganti kekurangan tersebut dengan ban serep tadi," pungkas Andi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com