Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Peluang Investasi di Pasar Obligasi dan Saham Setelah The Fed Tapering

Kompas.com - 12/11/2021, 07:02 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendekati penghujung tahun 2021, pasar mulai mengkaji ekspektasi pertumbuhan yang wajar di 2022 secara lebih tepat.

Terlebih pasar sudah mengantisipasi sentimen-sentimen yang berpotensi membuat pasar finansial lebih volatil.

Lalu, bagaimana dengan peluang investasi di pasar obligasi dan saham pasca Fed Tapering?

Baca juga: Menteri Investasi Minta Aktivis Tak Lagi Persoalkan Bisnis Tes PCR

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan, salah satu yang yang dicermati pasar saat ini adalah kondisi setelah penerapan kebijakan Fed tapering pada November tahun ini.

“Fokus pasar di November ini masih mengacu pada penerapan Fed tapering. Mengantisipasi ekspektasi peningkatan inflasi, pasar finansial mulai menyesuaikan ekspektasi peningkatan frekuensi kenaikan Fed Rate di 2022,” kata Dimas dalam siaran pers, Kamis (11/11/2021).

Dia bilang, pasar obligasi kini lebih siap dalam menghadapi tren perubahan sentimen global.

Faktor kepemilikan asing yang jauh lebih rendah dibandingkan periode-periode sebelumnya, dinamika pasokan obligasi yang lebih baik, dan tingkat imbal hasil obligasi Indonesia yang menarik, diharapkan dapat meredam dampak kebijakan moneter The Fed yang lebih ketat di 2022.

Baca juga: Setelah Tapering, Bagaimana Prospek Kinerja Reksa Dana?

“Fundamental makro yang lebih baik dan stabilitas eksternal yang terus diperkuat diharapkan dapat menjaga volatilitas pasar obligasi Indonesia. Semantara di pasar saham, aliran dana asing masuk pasar saham semakin kuat bahkan menjelang pengetatan moneter The Fed,” jelas dia.

Dimas menjelaskan, minat terhadap saham dengan kapitalisasi besar mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini didukung oleh membaiknya situasi pandemi dalam negeri.

Sementara itu, saham ekonomi digital menawarkan prospek jangka panjang yang menarik didukung tren struktural industri yang mengarah ke digital dan potensi inklusi pada indeks saham global.

Dibanding dengan inflasi di Amerika Serikat (AS), tekanan inflasi di Asia saat ini juga relatif lebih terjaga, dipengaruhi oleh pembatasan aktivitas ekonomi, intervensi pemerintah atas harga energi, dan juga pangan yang berkontribusi besar dalam keranjang inflasi.

Namun, sejauh ini The Fed memandang kenaikan inflasi bersifat sementara dan belum melihat potensi kenaikan suku bunga secara agresif.

Baca juga: The Fed Umumkan Tapering, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Indonesia?

“Di tengah kebijakan fiskal yang lebih ketat, outlook kebijakan moneter Asia diperkirakan tetap akomodatif dan menjadi salah satu faktor pendorong utama pemulihan ekonomi,” jelas Dimas.

Di sisi lain, keberhasilan penanganan pandemi dan tingkat vaksinasi yang beragam di tiap negara membuat pemulihan ekonomi global di 2021 tidak merata, tetapi peningkatan dan pemerataan vaksinasi secara global di 2022 diyakini akan menopang pertumbuhan global di 2022.

“Semakin banyak negara yang mengubah strategi penanganan pandemi dari dari 'zero covid' menjadi 'live with covid' mengurangi risiko restriksi ketat dan kondisi ini dapat mendukung konsistensi pertumbuhan global di 2022,” tambah dia.

Dimas menjelaskan, faktor-faktor tersebut menjadi peluang bagi investor untuk menambah portofolio investasinya di reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham.

Baca juga: Wall Street Kembali Catat Rekor Setelah The Fed Umumkan Langkah Tapering

“Sekarang tinggal investor yang menentukan, akan memilih yang mana. Namun sebelum keputusan investasi dijatuhkan, pastikan untuk menyesuaikan terlebih dahulu dengan profil risiko masing-masing, agar tidak menyesal kemudian,” tegas Dimas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Work Smart
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com